Kamis, 18 Oktober 2012

Kerugian Apabila Dakwah Ditinggalkan


1.    Tertangguhnya hidayah.
2.    Orang-orang akan meninggalkan agama, sehingga amalan-amalan sunnah menjadi asing.
3.    Laknat Allah SWT turun, sehingga mu’amalah, mu’asyarah, dan akhlak menjadi rusak.
4.    Yang ma’ruf dinggap mungkar dan yang mungkar dianggap ma’ruf.
5.    Orang-orang tidak lagi mengenal Allah SWT dan alam akhirat.
6.    Orang-orang yang kuat imannya menjadi lemah dan yang lemah iman akan menjadi murtad.
7.    Orang-orang non-muslim enggan memeluk Islam.
8.    Muncul nabi-nabi palsu.
9.    Orang-orang kafir (negara) kafir menyerang umat Islam dalam bidang ideologi, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.


»»  Baca selanjutnya...

Keuntungan Apabila Dakwah Dijalankan


1.    Menjadi asbab hidayah di seluruh alam.
2.    Umat akan mengamalkan agama dan sunnah Rasulullah SAW. tidak aneh atau asing.
3.    Allah SWT memberikan keberkahan dari langit dan dari bumi.
4.    Dimana saja; di darat, di laut maupun di udara umat senantiasa bicara kebesaran dan keagungan Allah SWT sehingga mudah berhukum pada hukum Allah SWT dengan mengikuti cara Rasulullah SAW.
5.    Umat akan mampu mengucapkan kalimat thayyibah ketika meninggal dunia.
6.    Umat akan terbebas dari adzab Allah SWT.
7.    Umat akan masuk Surga secara berjama’ah lebih awal daripada kaum-kaum terdahulu.
8.    Umat akan dibangkitkan dengan wajah bercahaya sebagaimana wajah para Nabi AS.
9.    Rasulullah SAW akan memberi minum dari air telaga al-Kautsar secara langsung melalui tangan beliau sendiri.


»»  Baca selanjutnya...

Cara Tarbiyah Diri


1.    Menjaga waktu di saat keluar
      Ibnul Qayyim mengatakan bahwa menyia-nyiakan waktu lebih besar kerugiannya daripada kematian, sebab menyia-nyiakan waktu bisa kehilangan Allah, sedangkan kematian hanya kehilangan dunia.
2.    Menjaga amal
      Ulama mengatakan, “zamanut tarbiyyah auqatut tarbiyyah”, artinya masa tarbiyah adalah waktu mertarbiyah diri. Maksudnya, jika dalam masa tarbiyah seseorang tidak bisa menjaga amal, maka mustahil di luar masa tarbiyah akan berhasil. Contohnya seorang santri yang tidak pernah shalat tahajjud ketika menuntut ilmu, maka mustahil dia akan menjadi ahli tahajjud ketika menjadi ‘ulama.
3.    Menjaga empat saluran, yaitu mata, telinga, mulut, dan fikiran agar hati tidak dimasuki keyakinan yang syirik.
4.    Muhashabah yaitu menghisab amalan setiap hari adakah yang ikhtilaf dengan sunnah Nabi SAW.


»»  Baca selanjutnya...

Penyebab Matinya Hati


1.    Mengenal Allah SWT tetapi tidak memenuhi haknya
2.    Baca Alquran tetapi tidak mengamalkannya
3.    Mengaku memusuhi syetan tetapi mengikuti dan mentaatinya
4.    Mengaku umat Rasul tetapi tidak mengamalkan sunnah-sunnahnya
5.    Ingin masuk sorga tetapi tidak beramal untuknya
6.    Ingin selamat dari neraka tetapi melemparkan diri kedalamnya
7.    Mati itu hak tetapi tidak siap untuk menghadapinya
8.    Meributkan dosa dan aib orang lain tetapi lupa akan aib dirinya  sendiri
9.    Merasakan nikmat tetapi tidak mensyukurinya
10. Kamu telah menguburkan mayat orang lain tetapi tidak dijadikan pelajaran dan peringatan

»»  Baca selanjutnya...

Cara untuk menjaga satu hati


1.    Niat islah diri.
2.    Taat pada putusan musyawarah.
3.    Jaga amalan ijtima’i.
4.    Rela berkorban.
5.    Tingkatkan ikrom pada orang lain.
6.    Lihat kebaikan orang lain dan sebaliknya lihat keburukan kita.
7.    Ambil takaza yang berat.
8.    Tertibkan diri sendiri.
9.    Beri kelonggaran pada orang lain.
10. Ikhlas dan istikhlas.
11. Hargai pengorbanan orang lain.
12. Bandingkan korban kita dengan korban sahabat.
13. Ini kerja saya orang lain hanya membantu.

»»  Baca selanjutnya...

Sifat Untuk Satu Hati


1.    Mahabah / kasih sayang.
2.    Sebarkan salam.
3.    Saling ikrom.
4.    Saling menghormati.
5.    Hindarkan perbedaan pendapat.
6.    Jangan menyakiti hati orang lain.
7.    Jangan sombong
8.    Melihat kebaikan orang lain.
9.    Utamakan ijtima’iyat
10. Hindarkan senda gurau
11. Jaga taat pada Amir
12. Jaga akhlak
14. Saling do’a mendo’akan.

»»  Baca selanjutnya...

Cara Da’i Menjaga Kesatuan Hati


1.    Senantiasa meluruskan niat untuk ishlah diri, bukan mengishlah orang lain. Tertib untuk diri sendiri, ikram untuk orang lain.
2.    Merapatkan dan meluruskan shaf ketika shalat berjama’ah.
3.    Saling menyebarkan salam.
4.    Saling memanggil dengan nama atau gelar yang disukai.
5.    Saling mendoakan.
6.    Selalu melihat kebaikan orang lain dan melihat kekurangan diri sendiri.
7.    Jangan merasa lebih tahu atau merasa sudah lama dalam usaha dakwah.
8.    Senantiasa duduk berjama’ah, baik dalam majelis maupun di luar majelis.
9.    Saling memaafkan.
10. Saling memberi hadiah.
11. Ikram dengan berkhidmat sesama jama’ah, walaupun ada petugas khidmat.
12. Menjaga lisan, hindari menegur langsung teman yang kurang tertib, berilah nasihat melalui mudzakarah atau pembicaraan empat mata.
13. Mentaati hasil musyawarah dan senantiasa mudzakarah ushul-ushul dakwah.

»»  Baca selanjutnya...

Tiga Belas Sifat Da’i


1.    Mahabbah kepada seluruh makhluk.
2.    Semangat rela berkorban harta dan diri untuk agama.
3.    Selalu Ishlah diri.
4.    Ikhlas semata-mata untuk mencari keridhaan Allah.
5.    Beristighfar dalam setiap amalan.
6.    Sabar setiap menghadapi ujian.
7.    Menisbatkan diri hanya kepada Allah.
8.    Tidak berputus asa dalam setiap kegagalan.
9.    Tabah seperti unta.
10. Tawadhu seperti bumi.
11. Tegak dan teguh seperti gunung.
12. Berpandangan luas seperti langit.
13. Istiqamah seperti matahari.

»»  Baca selanjutnya...

Tujuan Usaha Masturat


1.    Menjadikan istri kita sebagai `Alimah (berilmu) sehingga senantiasa istri kita duduk dalam taklim secara istiqomah karena nantinya istri kita yang akan bertanggung jawab dengan taklim di rumah.Taklim di rumah adalah usaha awal kerja agama dikalangan wanita, apabila kita telah membuat dan menghidupkan taklim di rumah maka ini seolah-olah kita telah mempersilahkan agama masuk kerumah kita. Apabila di rumah kita ada taklim yakni dibacakan firmah Allah swt dan sabda Rasulullah saw maka ini seolah-olah istri dan anak-anak kita setiap harinya mendapatkan nasehat langsung dari Allah swt dan Rasul-Nya. Sehingga ahli keluarga kita akan lembut dan ada kegairahan beramal serta ada kerinduan terhadap kampung akhirat dan bahkan ahli keluarga kita ada semangat untuk berjuang dan berkorban untuk agama Allah swt.
2.    Supayah istri kita menjadi Murabbiyah ( pendidik ), sehingga dapat mendidik anak-anak kita secara islami. Kalau kita melihat generasi sahabat, maka pada saat umur 18 tahun sampai 20 tahun seperti Usama bin zahid , Thariq bin Ziyad mereka sudah sanggup membawa pasukan yang jumlahnya puluhan ribu untuk menyebarkan agama keluar negeri, tapi kalau kita melihat keadaan hari ini sangat berbeda jauh sekali anak-anak kita umur 20 tahun hanya bisa kongko-kongko menghabiskan harta orang tuanya, bahkan yang terparah mereka sudah tak mengetahui lagi maksud hidup mereka, bahkan sudah tak mempunyai cita-cita untuk menyebarkan agamanya. Maka disinilah peran istri kita untuk mendidik dan membina anak-anak kita supayah menjadi generasi-generasi pilihan; Alim-Alimah , Hafiz-Hafizah , Sholeh-Sholehah, Dai-Daiyah
3.    Supayah istri kita menjadi `Abidah (ahli ibadah), maksudnya agar istri kita rajin menjaga ibadahnya sehingga istri-istri kita selalu menjaga sholatnya tepat pada waktunya, bahkan mereka juga menjaga sholat-sholat sunah ( Dhuha, Tahajud, hajad, dll ), Istri kita menjadi rajin membaca alquran minimal 1 juz setiap hari, menjaga dzikir pagi petang, bahkan rajin membaca doa-doa masnunah sehingga istri kita dapat membantu kita menarik pertolongan Allah swt , bahkan nanti sampai pada tahapan istri kita selalu menyelesaikan setiap masalah langsung kepada Allah swt melalui amalan.
4.    Supayah istri kita menjadi Zahidah (sederhana), sehingga kehidupan istri-istri kita meneladani sahabiyah-sahabiyah ra. Kehidupan dan rumah para sahabiyah sangat sederhana, bahkan seumur hidupnya Rasulullah saw tidak pernah memakan tepung yang halus dan Aisyah rha selama menjadi istri Rasulullah saw hanya mempunyai pakaian baru cuma dua kali saja. Para sahabiyah dan istri-istri Nabi saw melakukan segala perkerjaan rumah tangga sendiri sampai-sampai Fatimah anak dari jungjungan kita Rasulullah saw selalu dalam keadaan yang sangat memprihatinkan padahal dia adalah putri kesayangan Rasulullah saw, oleh karena itu melalu usaha dakwah ini kita mengharapkan istri-istri kita mencontoh kehidupan para sahabiyah.
5.    Istri kita menjadi Khaddimah (berkhidmad), yakni membantu melayani dan mendorong suami keluar dijalan allah , untuk kerja-kerja agama.
6.    Istri kita supayah menjadi seorang Da`iyah (penda`wah wanita), dia ada fikir dan risau atas keadaan umat, karena pada dasarnya istri-istri sering kali berfikir atas hal-hal yang menyusahkan dirinya (beras belum habis sudah pusing mikirin beras untuk besok) , mudah menangis (anak yang sakit dia yang menangis), maka kalau mereka gunakan tangisan dan risau dia maka hal tersebut sangat kuat untuk menarik pertolongan Allah swt , dengan kekuatan itu dia akan membujuk wanita-wanita yang datang kerumah kita untuk ambil bagian dalam usaha atas agama.

Maka bagaimana pun pentingnya usaha atas masturah, usaha tersebut harus di buat dengan sangat-sangat hati-hati, perlu diperhatikan tertib-tertibnya dan usul-usulnya, maka sering kita dengar kalau jamaah rizal ( laki-laki ) yang penting keluar untuk berdakwah dulu tertib nomor 2 sedangkan untuk jamaah masturah (wanita) sebaliknya. Masturah dikeluarkan harus dengan tertib kalau tidak memenuhi tertib dan usul-usulnya maka masturah tidak boleh di keluarkan.
&nbs� ~ b p p (�& ama Islam tersebar di zaman khulafurrasyidin, 2 orang khalifah masuk Islam dengan asbab wanita, yaitu : Umar r.a asbabnya adalah adiknya Fathimah binti Khattab r.ha dan Usman r.a asbabnya adalah bibinya Saudah r.ha.

c.    Jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki, jumlah anak-anak lebih banyak dari wanita, dengan asbab ambil usaha da`wah maka rahmat Islam akan tersebar keseluruh alam.
d.    Orang – orang kebathikan memanfaatkan wanita untuk promosi dunia.
e.    Apabila wanita paham agama akan rela berkorban habis-habisan. Seperti Siti Khadijah r.ha dan Sumayyah r.ha.
f.     Satu do`a seorang wanita shalehah lebih baik daripada do`a 70 wali. Tetapi satu wanita jahat lebih rusak daripada 1000 laki-laki jahat.
»»  Baca selanjutnya...

Pentingnya Masturat Keluar di Jalan Allah


1.    Pemimpin keluarga adalah suami tetapi pemimpin rumah tangga adlaah istri
2.    Ibu adalah madrasahnya anak-anak
3.    Ibu adalah universitas terbesar bagi anak-anaknya, sikap dan cara berfikir ibu sangat besar pengaruhnya bagi anak dan penghuni rumahnya, keluarganya dan lingkungan tetangganya.
4.    Karena itu sangat penting bagi wanita untuk mempunyai pengetahuan dan fikir agama.
5.    Apabila di rumah, ibu selalu disibukkan dengan urusan rumah tangga seperti mengurus anak, membersihkan rumah, memasak dll sehingga sulit untuk belajar agama dengan benar.
6.    Apabila kita keluar di jalan Allah, maka kita akan berada dalam suasana yang berbeda, terlepas dari urusan dunia, sehingga kita dapat belajar agama dengan benar, dan Insyaallah fikir agama bisa masuk dalam hati kita.
7.    Dan apabila pulang ke rumah, kita tahu bahwa kita punya tanggung jawab untuk menanamkan fikir agama kepada anak-anak kita, pembantu-pembantu kita, keluarga kita, orang-orang di sekitar kita dan siapapun yang bertemu dengan kita.
8.    Di akhirat kelak kita akan di soal / ditanya tentang : shalat kita, puasa kita, zakat kita dan amal perbuatan lainnya.
9.    Sebagai muslim, baik laki-laki maupun wanita mempunyai tanggung jawab da`wah, maka wanita pun akan diminta pertanggungjawabannya mengenai da`wah.
10. Dari rumah yang ibunya mempunyai fikir agama, maka akan lahir anak-anak yang shaleh dan shalehah.
11. Dari kisah-kisah para nabi, dapat dilihat dari istri nabi yang tidak punya fikir agama seperti nabi Nuh as. Beliau berda`wah selama 950 tahun hanya mendapat pengikut 83 orang. Anaknya menjadi kafir, kaumnya dimusnahkan oleh Allah swt.
12. Nabi Luth as., istrinya menentang da`wah, anaknya menjadi kafir, kaumnya juga dimusnahkan oleh Allah swt.
13. Sebaliknya nabi Ibrahim as., istri-istrinya adalah wanita yang punya fikir agama, sehingga beliau mendapat banyak pengikut dan dari keturunannya lahir nabi Ishaq as., nabi Yusuf as., nabi Daud as., nabi Sulaiman as., nabi Isa as., dan dari Siti Hajar lahir nabi Ismail as., yang dari keturunannya lahir nabi Muhammad saw.
14. Demikian pula istri-uistri Rasulullah saw mampunyai fikir agama, terutama Khadijah r.ha yang telah mengorbankan seluruh harta bendanya untuk penyebaran agama allah swt, dan beliaulah yang selalu menghibur, mendorong suaminya untuk si`arnya Islam, sehingga kurang lebih 23 tahun Nabi berda`wah, seluruh jazirah Arab masuk Islam.
15. Setelah nabi wafat perjuangan da`wah dilanjutkan oleh para sahabatnya dengan pengertian dan dorongan para istrinya sehingga tidak beberapa lama 2/3 belaha zaman inipun kerja da`wn bumi menjadi Islam.
16. Demikianlah semua ini berkat pengaruh dn fikir kaum wanita.
17. Seorang wanita sholehah lebih baik dari 70 aulia, sedangkan wanita yang akhlaknya buruk lebih jahat dari 1000 laki-laki yang jahat dan dia akan menyeret 4 laki-laki keneraka jahannam yaitu :1. suaminya, 2. Bapaknya, 3. Saudara laki-lakinya, 4. Anak laki-lakinya.
18. Di zaman ini kerja da`wahpun dimulai dari seorang wanita yang punya fikir agama yaitu nenek Maulan Ilyas rah.a. Beliau ingin mempunyai keturunan yang mempunyai fikir agama, maka dinikahkanlah putrinya dengan seorang ulama dan darinya lahirlah Maulana Ilyas rah.a.
19. Jadi sangat perlu sekali wanita ikut ambil bagian dalam usaha da`wah ini.
20. Agama akan sangat lambat sekali perkembangannya apabila para wanitanya tidak ikut usaha da`wah.
21. Ibarat pedati yang mempunyai roda sebelah, maka jalannya pun akan lama atau seperti seekor burung yang sayapnya patah sebelah.
22. Jadi pentingnya wanita ikut usaha da`wah karena :
a.    Da`wah Rasul pun langsung kepada istrinya
b.    Agama Islam tersebar di zaman khulafurrasyidin, 2 orang khalifah masuk Islam dengan asbab wanita, yaitu : Umar r.a asbabnya adalah adiknya Fathimah binti Khattab r.ha dan Usman r.a asbabnya adalah bibinya Saudah r.ha.
c.    Jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki, jumlah anak-anak lebih banyak dari wanita, dengan asbab ambil usaha da`wah maka rahmat Islam akan tersebar keseluruh alam.
d.    Orang – orang kebathikan memanfaatkan wanita untuk promosi dunia.
e.    Apabila wanita paham agama akan rela berkorban habis-habisan. Seperti Siti Khadijah r.ha dan Sumayyah r.ha.
f.     Satu do`a seorang wanita shalehah lebih baik daripada do`a 70 wali. Tetapi satu wanita jahat lebih rusak daripada 1000 laki-laki jahat.
»»  Baca selanjutnya...

Wanita Dalam Dakwah


1.    Allah azza wa jalla menjadikan kita umat Rasulullah saw
2.    Ada orang yang beriman dari kalangan laki-laki dana ada yang beriman dari kalangan wanita
3.    Dari saat pertama Rasulullah saw diberikan tanggung jawab da’wah, maka pada saat itu jugalah seorang wanita mengikuti da’wah beliau.
4.    Yang paling pertama bersyahadat adalah istrinya Nabi Muhammad saw, Khadijah Al kubra r.ha.
5.    Yang paling pertama bekorban harta untuk agama adalah kalangan wanita yaitu Khadijah Al Kubra r.ha
6.    Yang paling pertama memberikan kabar gembira tentang diterimanya da’wah Nabi Muhammad saw dan mendukung pengorbanan Rasulullah saw yaitu Khadijah Al Kubra r.ha
7.    Yang pertama kali syahid untuk agama adalah dari kalangan wanita yaitu Sumayah r.ha
8.    Ketika detik pertama Da’wah dimulai, maka yang pertama bekorban adalah keluarga Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw berda’wah hingga di lempari tanah dan ludah, maka yang membersihkan wajahnya adalah putrinya, Zainab r.ha.
9.    Ketika Rasulullah saw shalat dan dilempari dengan kotoran unta, maka yang membersihkannya adalah putrinya. Ketika da’wah dimulai, maka Ruqayyah dan Ummu Kultsum r.ha dihadapan Rasulullah saw telah diceraikan oleh para suaminya yang masih kafir.
10. Ketika seorang Nabi diutus untuk berda’wah dan da’wah mereka dibantu oleh istrinya, maka da’wah berkembang sangat cepat. Tetapi jika mereka berda’wah sedangkan istrinya tidak mengikuti da’wah mereka, maka da’wah akan berkembang sangat lambat bahkan dari keluarga mereka akan ada penentang dari pada da’wah agama.
11. Nabi Nuh a.s ketika buat usaha da’wah tidak dibantu oleh istrinya, maka da’wah beliau sangat lama waktunya bahkan anaknya sendiri tidak mau menyertai beliau.
12. Nabi Luth a.s ketika buat da’wah sedangkan istrinya tidak mendukungnya maka istri beliau menjadi seorang penentang da’wah Nabi Luth a.s dan tidak beriman kepada Allah azza wa jalla.
13. Sebaliknya, Nabi Ibrahim a.s ketika buat da’wah dan didukung oleh istrinya, dimana istrinya buat da’wah seperti juga yang dibuat oleh Nabi Ibrahim a.s maka Allah azza wa jalla telah lahirkan Nabi Ismail a.s yang punya kedudukan tinggi. Bahkan karena istri nabi Ibrahim a.s buat da’wah, maka istrinya sendirilah yang mentarbiyah Nabi Ismail a.s dalam hal agama. Bahkan Allah azza wa jalla telah membanggakannya di dalam Alqur’an dan ajaran Nabi Ibrahim a.s telah diperintahkan untuk kita ikuti hingga sekarang yaitu millah-nya Ibrahim a.s. Ini adalah dikarenakan da’wah Nabi Ibrahim a.s diikuti oleh istrinya sehingga lahir nabi Ismail a.s dan dari keturunan-keturunan beliau lahirlah Nabi Muhammad saw.
14. Apabila kaum lelaki buat da’wah, sedangkan istrinya tidak dilibatkan, maka ketika suami keluar di jalan Allah azza wa jalla, maka sang istri akan mengeluh kepada orang lain bahwa suaminya tidak bertanggung jawab dan sebagainya.
15. Sebaliknya apabila istri dilibatkan dalam da’wah, ketika sang suami sedang lemah dalam berda’wah, maka sang istri akan menjadi penyemangat bagi suaminya dan akan selalu mendukungnya dalam keadaan susah maupun senang.
»»  Baca selanjutnya...

Pentingnya Usaha Masturat


Usaha dakwah adalah tanggung jawab kita baik laki-laki maupun wanita tanpa kecuali. Dalam kerja dakwah mutlak kita harus melibatkan istri-istri dan wanita-wanita kita. Dalam kerja dakwah tidak cukup dengan anggapan yang penting istri kita sudah memperbolehkan kita ikut usaha dakwah saja, atau yang penting istri kita sudah senang dengan usaha dakwah, karena yang sesungguhnya diharapkan dari kita kaum laki-laki adalah bagaimana kita membawa istri-istri dan wanita-wanita ahli keluarga kita supaya terlibat dan terjun langsung di dalam usaha dakwah ini.

Seperti kita sering dengar begitu pentingnya wanita-wanita dilibatkan dalam usaha dakwah karena kalau kita mau melihat pada kenyataan yang ada, jumlah wanita lebih banyak dari jumlah laki-laki, mungkin bisa satu kali lipat atau dua kali lipat, jadi kalau hanya laki-laki saja yang ambil bagian dalam usaha dakwah ini artinya baru 25% usaha kita untuk mencapai keberhasilan dalam dakwah, tetapi kalau wanita-wanita dan istri-istri ikut terlibat dalam usaha dakwah ini, maka keberhasilan bisa betul-betul mencapai 100%.

Kita juga dapat melihat bahwasanya anak-anak fitrahnya lebih dekat kepada ibu, karena memang sehari-hari waktu mereka habiskan dengan ibu-ibu mereka, sedangkan bapak-bapak mereka sibuk di luar rumah, baik untuk bekerja maupun untuk yang lainnya, sehingga anak-anak kita ini selama 24 jam waktunya akan di habiskan untuk berkumpul bersama ibunya.

Kalau wanita-wanita ambil bagian dalam dakwah maka gerak dakwah akan lebih leluasa, sering kita dengar kalau hanya laki-laki saja yang berdakwah agama hanya sampai keruang tamu, karena kita tidak bisa langsung berdakwah kepada wanita, tapi kalau wanita sudah ikut ambil bagian dalam usaha dakwah ini maka agama akan betul-betul masuk kedalam rumah bahkan sampai ke dapur , sampai ke sumur dan yang dasyatnya akan sampai “kekasur”.

Allah swt tidak pernah mengutus Rasul dari kalangan wanita, tapi apabila Allah hendak menurunkan hidayah pada suatu negeri maka Allah akan lihat sejauh mana wanita-wanita ambil bagian dalam kerja-kerja dakwah , sehingga kalau kita lihat Nabi-nabi yg istri-istri mereka ikut ambil bagian dalam kerja dakwah hidayah akan tercurah-curah (Nabi Ibrahim as, Rasulullah saw), begitu sebaliknya Nabi Nuh as berdakwah 950 tahun hanya 83 orang saja karena istri beliau tidak mendukung dalam kerja dakwah, kalau hanya suami saja yang aktif dalam usaha dakwah tanpa di dukung oleh istrinya seperti burung hanya dengan 1 sayang .

Sekiranya istri kita tidak mendukung dalam usaha dakwah, maka akan berakibat kita menjadi lemah dalam usaha dakwah, walau pun orang sekampung menolak kita tapi istri kita mendukung, maka hati akan menjadi tenang, tapi sebaliknya walau pun orang sekampung mendukung tapi istri menetang maka suasana hati dan rumah kita menjadi panas, maka bisa kita lihat banyak pekerja dakwah yang lemah karena istri-istri mereka tidak mendukung dalam kerja dakwah.

Oleh karenanya penting sekali wanita di libatkan dalam usaha dakwah, karena wanita memiliki potensi dan kekuatan diantaranya :

1.    Didalam memengang prinsip dan keyakinan wanita jauh lebih hebat di banding pria, karena kalau wanita sudah mendapatkan dan menyakini suatu prinsip maka dia akan bersungguh-sungguh memegang prinsip dan keyakinannya tersebut. Kita bisa lihat ketika Rasulullah saw meninggal dunia dan diawal-awal Abu Bakar menjadi khalifah yang ketika itu banyak kaum muslim menjadi murtad tetapi Ajibnya tak satu pun wanita yang murtad, dan kita juga bisa lihat manusia yang pertama kali habis-habisan untuk usaha agama adalah wanita yaitu Khadijah r.ha.
2.    Wanita memiliki kekuatan untuk menyebarkan sesuatu, kalau kemampuannya itu digunakan untuk menyebarkan kebatilan maka kebatilan akan cepat tersebar begitupun kalau kemampuannya itu di gunakan untuk perkara agama maka agamapun akan mudah tersebar. Oleh karena itu bagaimana kita berusaha sekuat tenaga untuk kita membawa istri dan para wanita di keluarga kita agar terlibat dalam usaha dakwah ini.
»»  Baca selanjutnya...

Mudzakarah Pelajar/Mahasiswa


Satu dari 5 tanggung jawab kerja kita di muhallah (1.Maqomi (5 amal), 2. Kerja atas ulama, 3. Kerja atas masturah, 4. Kerja atas Pemuda, Pelajar dan Santri), 5. Kerja atas orang miskin adalah kerja atasPemuda, Pelajar dan Santri. Kerja maqomi  (Musyawarah harian, Taklim masjid, Jaulah 1 dan 2, 2,5 jam silaturahmi kepada tetangga sekitar masjid) saja tidak cukup untuk menghidupkan muallah tanpa di barengi dengan kerja atas Pemuda, Pelajar dan Santri.

Jumlah pemuda jika dibanding dengan orang tua kurang lebih 1 : 2 artinya jumlah pemuda lebih banyak jika dibanding dengan orang tua, oleh karenanya musuh-musuh Islam paham untuk menghancurkan islam maka mereka merusak para pemuda. Ini terbukti dengan orang-orang islam generasi sekarang yang malu memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama islam. Bahkan tidak sedikit para pemuda islam yang benci dengan agamanya sendiri.

Ulama bagi tahu kalau ingin melihat kemajuan agama maka kita bisa melihat lebih suka berada dimana para pemuda saat ini di mall atau di masjid, Lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas pemuda??? Ya kita semua. Kalau kita tidak memberikan perhatian yang lebih terhadap usaha atasPemuda, Pelajar dan Santri maka mereka akan digarap “orang lain” yang tidak ingin islam menjadi jaya dan maju.

Media merupakan sarana utama yang digunakan sebagai alat untuk menghancurkan ahlaq para pemuda salah satunya adalah media elektronik. Dengan melalui media elektronik para ahli batil berlomba-lomba untuk memunculkan kebatilan. Lewat media tersebut kebatilan di balas dengan kebatilan.

Media berlomba-lomba memunculkan kemerosotan akhlak umat islam saat ini, sedangkan berita mengenai orang islam yang taat jarang sekali di munculkan di media sebaliknya kalau ada orang islam yang tidak taat dan melakukan kemaksiatan melanggar syariat maka media menulis secara besar-besaran, oleh karenanya kita harus berhati-hati dengan media.

“Orang tua”  kita dalam dakwah berpesan pentingnya kita lagi dan lagi betulkan niat kita dalam berdakwah dan hendaknya kita harus memberikan perhatian yang lebih kepada para Pemuda, Pelajar dan Santri, mereka adalah masa dengan agama, kalau mereka tidak diajak kepada agama maka akan ada usaha lain yang mengajar mereka ingkar kepada agama.

Allah swt memberikan kelebihan-kelebihan yang banyak kepada pemuda, mereka memiliki energi yang banyak , mereka memiliki semangat yang tinggi sehingga manakala mereka memiliki keyakinan atas suatu hal maka mereka memiliki semangat yang tinggi untuk memegang prinsip tersebut bahkan mereka tak takut mati demi membela prinsip tersebut, dapat dibayangkan kalau para pemuda tersebut di ajak untuk menentang agama!!!
Oleh karenanya dimana muhallah/halaqoh yang memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kerja atas Pemuda, Pelajar dan Santri maka ke 3 aspek yang lain (1.Maqomi (5 amal), 2. Kerja atas ulama, 3. Kerja atas masturah) akan menjadi kuat .

Kita hari ini lupa bahwa dalam diri pemuda ada berlian-berlian yang belum tergarap dan manakala berlian tersebut digarap dengan benar maka akan memunculkan dan lahir para pemuda yang mencintai Allah swt dan Rasul-Nya diatas segala-galanya.

Kita semua jangan sampai melupakan kerja atas Pemuda, Pelajar dan Santri. Jangan sampai pemuda digarap oleh orang-orang di luar islam, karena untuk menghancurkan suatu negara dan agama, maka mereka cukup merusak 1 generasi saja dan hasilnya maka akan nampak sekarang ini contoh berapa banyak hari ini orang-orang muda malu menyandang nama-nama islam, ini baru nama, belum amalan apalagi pakaian yang islami.

Munculnya pemuda-pemuda yang menjadi berlian-berlian dalam usaha dakwah tidak bisa terjadi dengan sendirinya , harus di pikirkan jauh-jauh hari. Pemuda, Pelajar dan Santri harus dilibatkan sedini mungkin dalam usaha dakwah ini. Oleh karenanya dibutuhkan pengorbanan yang lebih dari kita-kita yang lebih dulu mengenal usaha dakwah ini untuk lebih pokus memberikan perhatian atas kerja Pemuda, Pelajar dan Santri.

Lagi dan lagi kita harus bertanya kepada diri kita masing-masing, Apa yang sudah kita buat dalam dakwah??? , apa yang sudah kita infakan untuk dakwah??? , sejauh mana kita telah berkorban untuk dakwah???, mengapa untuk perkara dunia kita sungguh-sungguh dan matian-matian melakukan yang terbaik , tapi sudahkan kita melakukan hal yang sama untuk dakwah??. Kita selalu meminta surga yang tertinggi tetapi sudahkah kita melakukan dan berkorban untuk surga tersebut, kalau kita cinta betul terhadap akherat maka pastinya kita akan habiskan harta kita, waktu kita, diri kita untuk agama Allah yang tentunya dengan musyawarah. Karena semua pengorbanan kita harus di letakan dalam musyawarah.

Kalau setiap karkun melakukan hal seperti itu (habiskan harta, waktu dan diri untuk agama Allah yang tentunya dengan musyawarah) maka akan muncul orang-orang yang menjadikan dakwah sebagai maksud hidup.

Indikasi orang yang menjadikan dakwah masud hidup, manakala datang takazah agama bersamaan dengan takazah dunia , baik takazah kerja, keluarga dan lain sebagainya maka orang tersebut lebih memilih takazah agama dan untuk membentuk orang-orang seperti ini memerlukan proses karena hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya , dan orang-orang seperti ini harus dikawal tidak bisa dilepaskan sendiri sesuai dengan arahan masyech. Semua memerlukan proses agar tak salah jalan , karena kalau tidak di arahkan semua akan salah jalan.

Kita harus mencintai para pemuda. Orang yang bisa kasih sayang dan sabar menghadapi para pemuda pastinya adalah orang yang maqominya sempurna.
Agama identik dengan kesungguhan, tegas bukan marah. Tanggung jawab kita di muallah bukan hanya maqomi. Harus ada kerisauan dihati kita bagaimana pemuda di mullah kita agar tak dicengkram oleh orang-orang kafir, karena kalau para pemuda sudah dicengkram oleh orang-orang kafir maka kita akan menangis darah di masa datang.

Para orang tua kita dan para penanggung jawab di Nizamudin sudah ambil usaha dakwah ini dari mereka kecil , dan selalu diawasi dan dikawal sehingga besarnya mereka menjadi pikirman di markaz.

Ada beberapa tertib untuk menggarap para Pemuda, Pelajar dan Santri :
Kesungguhan.
Kasih sayang.
Ikram

Tujuan kerja atas Pemuda, Pelajar dan Santri :

1.    Memunculkan mahasiswa dan santri yang memiliki aklaq yang sempurna terhadap orang tua mereka. Sehingga mereka hidup didunia dengan keridhaan orang tuanya, sehingga ketika orang tua ridha maka Allah akan ridha.
2.    Memunculkan mahasiswa dan santri yang memiliki aklaq yang sempurna terhadap dosen dan guru. Karena dosen dan guru adalah orang tua kita yang kedua maka kita juga harus memunculkan aklaq sempurna diantara mereka.
3. Memunculkan mahasiswa dan santri yang memiliki aklaq yang sempurna  diantara teman-teman sejawat.

Oleh karena 3 tujuan tersebut maka pentingnya Pemuda, Pelajar dan Santri keluar dijalan Allah 1 hari setiap bulan dan kalau sudah lulus kuliah maka di usahakan keluar 4 bulan dan di utamakan keluar ke IPB (India, Pakistan, Bangladesh).

Dan kita sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap para Pemuda, Pelajar dan Santri maka sudah seharusnya mengontroll aklaq mereka dengan 3 tujuan tersebut. Ini lah kerja kita di muallah, setiap karkun harus merasa pelajar itu sebagai anak mereka sehingga mereka memberikan perhatian kepada usaha pelajar.

Kunci untuk mendapatkan 3 tujuan tersebut: setiap Pemuda, Pelajar dan Santri harus memiliki prestasi yang maksimal, hasil belajar yang optimal dan nilai yang bagus, kalau kunci ini di dapat maka ini bisa menjadi alat taskil yang ampuh bagi orang-orang di sekitar pelajar dan mahasiswa tersebut ( keluarga, dosen dan guru, teman-teman sejawat ). Untuk perkara itu maka penting bagi para karkun di muallah untuk mengarahkan agar para pelajar memiliki nilai yang baik dan istiqomah dalam dakwah.

Pemahaan manusia hari ini masih pada hal kedunia maka kita gunakan dunia kita untuk kendaraan akhirat dan dakwah , bukan malah sebaliknya. Semakin banyak pelajar yang ikut ambil bagian dalam agama, maka semakin hidup agama sepeninggalan kita.

Oleh karenanya lagi dan lagi kita harus mempunyai perhatian yang lebih terhadap usaha tersebut, Insya Allah kita semua niat ambil pikir dan risau atau usaha atas Pemuda, Pelajar dan Santri.
»»  Baca selanjutnya...

Amal Manusia Mempengaruhi Keadaan Dunia


Segala keadaan yang terjadi di dunia ini tergantung dari amalan manusia. Sedangkan amal dipengaruhi oleh iman. Bila iman betul maka Allah Swt. akan memberikan keberkahan dari atas langit dan dari bawah bumi, sebaliknya bila iman rusak, maka amal manusia menjadi buruk dan amal ini akan terangkat ke langit, lalu Allah Swt. turunkan kembali ke bumi berupa bala bencana atau musibah.
Dulu semua buah-buahan rasanya manis, tidak ada yang beracun dan berduri. Ketika putranya Nabi Adam as. Yaitu Qabil menumpahkan darah di muka bumi dengan membunuh adiknya sendiri, Habil, maka dengan qudrat dan iradah-Nya, Allah Swt. mengubah buah-buahan itu sebagian ada yang pahit, berduri, dan beracun. Berapa banyak orang yang keracunan dan terkena duri hingga hari kiamat? Akibat ulah Bani Israil, sampai hari ini umat akhir zaman terkena dampaknya. Dulu hewan-hewan yang disembelih dagingnya tidak pernah busuk walaupun disimpan berhari-hari. Tapi akibat amal buruk manusia, daging akan membusuk dalam tiga hari saja tanpa diawetkan. Berapa banyak daging yang terbuang sampai hari Kiamat? Begitu pula sejak Qarun la'natullah 'alaih menimbun-nimbun harta, sehingga hartanya menimbunnya dengan gempa bumi. dan dampaknya sampai hari ini.
Perbuatan manusia, berpengaruh pada lautan, udara, sam¬pai mempengaruhi lapisan ozon di atmosfir bumi. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa akibat amalan buruk manusia, burung-burung pun menjadi kurus dan mati dalam sarangnya.
Allah swt. berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَاكَسَبَتْ اَيْدِالنَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya : “Telah nampak kerusakan di muka bumi ini, di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Qs. Ar-Ruum: 41)
Binatang tak pernah disebut-sebut sebagai biang keladi kerusakan bumi. Sejahat-jahat binatang takkan menjadi penyebab kerusakan alam. Apa yang terjadi bila seandainya kerbau memiliki alat yang canggih untuk memenuhi kebutuhan perutnya? Tentu padang rumput dan aneka ragam tanaman akan habis untuk mengisi perutnya. Bila musang mempunyai radar untuk mendeteksi mangsanya dengan pesawat pemburu, tentu tidak ada ayam yang dibiarkan hidup di muka bumi ini. Apabila harimau memiliki tank dan berbagai perangkat canggih, mungkin makhluk-makhluk lain tidak diberi kesempatan untuk hidup? Andai kuda dan kambing jantan yang sarat dengan nafsu bisa menonton tayangan film atau gambar porno, siapakah yang sanggup membendungnya? Atau kambing-kambing betina pandai bersolek, bergaya seksi, menantang, dan merangsang lawan jenisnya, bagaimana keadaan kehidupan ini?
Binatang tak mungkin menjadi manusia, betapapun cerdasnya ia, meskipun si kancil mampu merekayasa angka-angka, si Bunglon memakai topeng wajah manusia, atau si Buaya yang arif bijaksana. Tetapi manusia tidak sulit menjadi binatang, bukan karena kebodohannya, tetapi karena kebuasan hatinya.
اِنَّ الشَرَّ الدّوَآبُّ عِنْدَ اللهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لاَيَعْقِلُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya binatang (manusia) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang yang tidak mau mendengar, mengatakan, dan memahami kebenaran.” (Qs. Al- Anfal [8] : 22)
Kejahatan senantiasa didukung oleh nafsu, tidak ada orang yang paling sesat kecuali orang yang menuruti kehendak hawa nafsunya. Segala potensi yang ia miliki digunakan untuk menyempurnakan hawa nafsunya. Telinga, mulut, matanya, bahkan pikirannya untuk memuaskan hawa nafsu. la tidak berjalan di atas hukum Allah Swt.. Ia akan selalu keliru dalam menggunakan anggota badannya. Segala sumber daya manusia yang dimilikinya diletakkan tidak pada tempatnya. Iman diletakkan di kepala, bukan di dalam hati, sehingga kepentingan akidah dijadikan kepentingan akal. Akhirnya ia stress sebagaimana orang yang memikirkan langit yang tak pernah bertiang, diseminarkan dan disimposiumkan, tetapi tak kunjung ada pemecahannya.
Begitulah keadaannya apabila hawa nafsu mendominasi hidup manusia, yang secara fithrah sudah Islam, tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Tapi dalam kehidupan iradiahnya - yang mana ia memiliki kebebasan hak pilih - ternyata tunduk dan patuh serta mengabdi pada hawa nafsunya sendiri.
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ اَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّموتُ وَاْلاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّطبَلْ اَتَيْنهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ
Artinya : “Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kebanggaan kepada mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Qs. Al-Mu'minun [23] : 71)
Manusia ingin hidup bebas, tetapi tidak ada yang bisa hidup bebas. Barangsiapa mengikuti peraturan, maka ia akan selamat, dan yang tidak ikut peraturan akan celaka. Orang yang meletakkan dirinya dalam tertib akan menjadi baik, dan kebaikannya akan dirasakan juga oleh orang lain. Sedang yang tidak mengikuti tertib akan celaka dan mencelakakan orang lain. Seorang pengemudi yang patuh pada peraturan lalu lintas akan selamat, namun apabila ugal-ugalan, maka ia akan menabrak benda-benda di de-pannya atau masuk jurang.
Sungguh sangat beruntung kita tidak diciptakan sebagai makhluk yang lain, binatang misalnya. Tetapi derajat manusia bisa lebih rendah dari binatang jika tidak memiliki iman di dalam hatinya. Maka untuk makhluk yang bernama manusia, Allah Swt. tidak membiarkannya tanpa aturan khusus. Memang menurut Allah Swt. sendiri, manusia itu makhluk yang istimewa dan sebaik- baik ciptaan. Tetapi bila tidak didasari dengan iman, mereka akan beramal jahat dan menjelma menjadi makhluk yang paling hina. Dalam perkara ini nampak jelas Allah Swt. banyak ikut campur tangan dalam tata aturan manusia. Allah Swt. Maha Mengetahui betapa rumitnya manusia. Demi kasih sayang-Nya, Allah Swt. mengutus 124.000 nabi dan 313 rasul untuk membawa aturan khusus yaitu agama. Apabila manusia diberi otonomi dalam membuat tata aturan sendiri, maka rusaklah kehidupan manusia di dunia dan di akhirat selama-lamanya.
Seorang alim mengatakan bahwa hari ini agama (iman dan amal) telah terlepas dari kehidupan kita dan ummat manusia. Orang-orang tidak merasa menyesal jika tidak mengamalkan agama. Sementara hubungan dengan rumah sangat kuat, sehingga apabila rumah terbakar merasa sangat sedih. Hubungan dengan pekerjaan sangat kuat, sehingga tidak mau meninggalkan pekerjaan walaupun untuk sementara. Hubungan dengan anak isteri sangat kuat, sehingga apabila mereka sakit, akan ikut bersedih dan berusaha mencari cara penyembuhannya. Namun jika agama yang sakit, tidak merasa sedih, tenang-tenang saja. Ketika berkumpul dengan keluarga atau sedang berada di tempat kerja tidak mengantuk, namun ketika mendengarkan pembicaraan iman dan amal saleh keadaannya seperti orang sakit, karena hubungan dengan agama sangat lemah.
Sebagaimana hubungan pedagang dengan tokonya, setiap hari ia datang ke toko, memikirkan kemajuan tokonya. Malam hari pun ia memikirkan dagangannya. Begitu pula apabila hubungan dengan agama kuat, maka setiap hari yang dipikirkan adalah agama. Bagaimana agar agama bisa wujud dalam kehidupannya, keluarganya, lingkungannya, dan seluruh alam? Jika tidak membiasakan diri dengan amal-amal agama, maka akan lalai mengingat Allah. Di kantor, di pasar, di sawah, di ladang lupa kepada Allah Swt., di masjid lalai kepada Allah, bahkan ketika shalat pun lalai kepada Allah swt. Karena banyak waktu yang digunakan untuk mengurus harta benda, pekerjaan, keluarga, rumah dan sebagainya, maka timbullah kecintaan kepada perkara tersebut, yang menyebabkan lalai terhadap agama sebagai maksud hidupnya. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak masalah dalam kehidupan manusia.
Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. ber¬sabda, "Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal yang apabila kalian melakukannya, maka bencana akan menimpa kalian. Semoga Allah menghindarkan kalian dari perbuatan itu: (1) apabila perzinaan telah merajalela di tengah-tengah suatu kaum, wabah penyakit akan menimpa mereka mupun penyakit baru yang sebelumnya tidak dikenal; (2) jika suatu kaum melakukan kecurangan dalam menimbang dan mengukur, mereka akan mengalami kekeringan, kelaparan, kesusahan, dan diperintah oleh penguasa yang kejam; (3) jika suatu kaum menahan zakatnya, maka hujan dari langit akan ditangguhkan, dan seandainya bukan untuk kebutuhan binatang, maka tak setetes pun yang diturunkan lari langit; (4) Suatu kaum yang melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, mereka akan menjadi kelinci percobaan musuh; (5) suatu kaum yang menerapkan hukum yang tidak adil, akan ditimpa perang saudara dan pemberontakan." (At Targhib wat Tarhib)
Rasulullah saw. bersabda, "Apabila ummatku mulai membenci ulama dalam hatinya, apabila mereka membangun pasar dan tempat perbelanjaan dengan megah, dan apabila mereka mengadakan pernikahan hanya karena kekayaan (bukan karena ketakwaannya, keshalihannya, dan akhlak yang baik orang yang akan dinikahinya) maka Allah akan menurunkan empat bencana kepada mereka. Berupa kelaparan, kezhaliman penguasa, ketidakjujuran para pejabat yang mengatur urusan mereka, dan serangan musuh." (Hr. Hakim)
Perubahan apapun yang terjadi pada suasana dan keadaan, namun perintah Allah Swt. tidak akan pernah berubah sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga hari Kiamat. Ali r..a. berkata, "Kemalasan beribadah, kekurangan rezeki, dan kurangnya kedamaian adalah balasan atas dosa." (Tarikhul Khulafa)
Dalam hadist Qudsi, Allah Swt. berfirman, "Apabila hamba-Ku mentaati-Ku, Aku akan mengirimkan hujan kepada mereka pada malam hari pada saat mereka tidur. Dan matahari akan tetap bersinar ke atas mereka, sehingga urusan-urusan mereka (yang dilakukan pada siang hari) tidak akan terbengkalai, dan bunyi halilintar tidak akan terdengar oleh mereka (sehingga mereka tidak ketakutan dan cemas)." (al Jami’ush Shagir)
Umar r.a. berkata, "Aku telah diberitahu bahwa Nabi Musa a.s. atau Nabi Isa a.s. pernah bertanya kepada Allah Swt., 'Apakah tanda keridhaan-Mu kepada umat ini?' Allah Swt. menjawab, 'Tandanya adalah pada saat mereka menyemai benih di ladang, Aku mengirimkan hujan. Dan pada musim panen, aku menahan hujan. Urusan pemerintahan mereka Aku serahkan ke tangan orang yang berhati lembut dan urusan harta benda mereka aku serahkan kepada orang yang dermawan.' Kemudian mereka bertanya, 'Dan apakah tanda ketidakridhaan-Mu terhadap umat ini?' Allah Swt. menjawab, 'Tandanya adalah pada musim menyemai benih di ladang, aku menahan hujan. Dan pada musim panen aku mengirimkan hujan lebat. Urusan pemerintahan Aku serahkan ke tangan orang-orang jahil dan urusan harta benda mereka Aku serahkan kepada orang yang kikir." (Ad Durrul Mantsur)
Seseorang akan bersemangat mengamalkan agama, jika dia betul-betul mengenal siapa yang memerintahkan untuk mengamalkan agama. Jika banyak orang mengamalkan agama, maka dengan sendirinya orang-orang akan belajar agama di pondok pesantren, dan mau memakmurkan masjid, karena masjid merupakan rumahnya Allah. Kemudian akan muncullah orang-orang hebat seperti para sahabat r.a.. yaitu menjadi petani, pedagang, pengusaha, dan pejabat yang taat kepada Allah Swt. Akan tetapi bila agama tidak hidup, maka yang lahir adalah/ para penjahat, pencinta-pencinta dunia, dan ahli-ahli dunia. Orang shalih sangat kurang, seribu berbanding satu. Petani, pedagang, pejabatnya tidak shalih, bahkan santri dan ustadznya tidak shalih. Sehingga orang-orang mengatakan, "Kenapa pak Haji atau pak Kiyai berbuat begitu dan begini?" Semua itu disebabkan tidak ada usaha untuk mencetak wali-wali Allah, hanya usaha ziarah ke kubur wali.
Agama tidak bisa hidup dengan larangan dan perintah manusia, seperti tanaman pohon yang diperintah untuk tumbuh; "Hai daun, kamu harus rimbun, kamu harus berbuah banyak! Hai benalu, jangan tumbuh di sini! Hai rumput, mengapa kamu tumbuh di sini?" Demikian pula dengan perkara agama, tidak bisa menyalahkan orang lain, "Mengapa kamu berbuat maksiat?" Apalagi hanya menghujat, menggunjing, atau mencari kambing hitam. Sehingga lingkungan dikambinghitamkan, ini karena pengaruh lingkungan dan lingkungan pun dibakar!
Kita tidak dapat mengubah siapa pun termasuk diri sendiri, tidak dapat memberikan hidayah kepada siapa pun termasuk pada hati kita sendiri. Hidayah dapat diperoleh hanya dengan cara Rasulullah saw.. Allah Swt. memberikan hidayah kepada hati yang menginginkan hidayah, manusia tidak akan mendapat hidayah jika hatinya tidak menginginkan hidayah, meskipun dia anak, isteri atau keluarga seorang Nabi, sebagaimana anak dan isteri Nabi Nuh a.s., isteri Nabi Luth a.s. atau ayah Nabi Ibrahim a.s.. Tetapi, meskipun dia seorang penjahat atau seorang hamba sahaya jika hatinya mau menerima hidayah, maka Allah Swt. akan memuliakan dia, sebagaimana Umar r.a. diangkat menjadi khalifah. Padahal pada masa jahiliyah, beliau pernah menanam hidup-hidup puterinya serta membuat berhala dan roti dan ketika lapar dia memakan berhala itu. Sebagian sahabat tidak percaya jika Umar r.a. memeluk Islam. Mereka berkata, "Saya lebih percaya jika kudanya Umar masuk Islam."
`Bilal r.a. ialah seorang hamba sahaya diangkat menjadi gubemur setelah mendapat hidayah. Ikrimah r.a., anak seorang kafir Quraisy (putra Abu Jahal) yang sangat membenci Rasulullah saw., ia menghindar dari hidayah. la mengatakan kepada kaumnya, "Saya tidak akan memeluk Islam sampai mati!" Tapi ia dikejar hidayah, ia meninggalkan kampung halamannya dengan menumpang sebuah kapal, namun di atas kapal ia mendengar suara orang yang mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah, padahal ia melarikan diri karena kalimat itu. Dan ia tidak bisa mengelak, ia terkurung oleh hidayah, akhirnya menerima hidayah. Setelah kembali pada kaumnya, ia ditanya, "Dulu engkau bersumpah tidak akan masuk Islam." la menjawab, "Saya tidak masuk Islam, tetapi Islam yang masuk ke dalam diri saya."
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tak ada seorang pun yang mampu menunjukinya.Para sahabat radiallahu 'anhum telah berjaya dan sukses didunia dan di akhirat, karena agama mereka junjung di atas kepala dan dunia hanya dijinjing di tangan. Apabila agama bergoyang dunia dilepaskan untuk sementara untuk memegang agama. Tapi umat akhir zaman sebaliknya dunia dijunjung di kepala dan agama dijinjing di tangan. Apabila dunianya bergoyang, agama rela dilepaskan. Seluruh sahabat r.a. telah berkorban dengan menjalani kehidupan dunia dengan kesederhanaan yang maksimal. Bahkan rumah, pakaian, dan makanan Rasulullah saw. sangat sederhana.
Bagaimana mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi yang ada pada diri untuk usaha agama, seluruh apa yang dimiliki untuk agama. Agama hanya akan wujud dengan pengorbanan. Pertolongan Allah Swt. akan datang pada ummat, apabita berkorban sampai habis, sebagaimana Abu Bakar r.a. berkorban sampai habis. Harta, diri, dan waktunya untuk agama.
Seorang pedagang yang hanya paham dengan perdagangan, seorang petani yang hanya paham dengan pertaniannya, dan seorang pejabat yang hanya paham dengan kantornya, adalah suatu kejahilan (kebodohan). Orang yang pandai dan sukses adalah seorang pedagang, petani, dan pejabat yang ta'aluq kepada Allah Swt. serta mengenal Allah Swt.. Apabila hubungan dengan Allah baik, maka percakapan, pendengaran, dan penglihatan akan baik, sehingga segala gerak-gerik akan menjadi baik.
Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah Swt. berfirman, "Tiada henti-hentinya hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya, Aku yang menjadi pendengarannya ketika dia mende-ngar. Dan Aku menjadi penglihatannya ketika dia melihat, dan Aku menjadi tangannya ketika dia menggunakan tangannya, dan Aku yang menjadi kakinya ketika dia berjalan. Maka dengan Aku dia mendengar dan dengan Aku dia melihat, dengan Aku dia menggerakkan tangannya, dan dengan aku dia berjalan. Dan bila dia meminta. kepada-Ku, Aku akan memberinya. Bila dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku pun melindung-nya."(Hr. Bukhari)
Orang yang tidak melakukan usaha agama akan tunduk kepada anak isterinya, pekerjaannya, sawah ladangnya, bahkan kepada hewan ternaknya. Setiap pagi harus memberinya makan, menjaganya, dan memandikannya. Orang yang mengamalkan aga-ma berbeda dengan pemilik agama. Pengamal agama seperti pekerja toko yang hanya mengharap gaji dari pekerjaannya. Pemilik agama seumpama pemilik toko, dia selalu berpikir bagaimana usahanya bisa maju, bagaimana seluruh karyawannya bisa hidup makmur. Jika hanya mengamalkan agama, ibadah sendiri, wirid munajat sendiri, tapi tidak punya tanggung jawab agama, ia bukanlah pemilik agama. Oleh karena itu perbaikilah hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia dan makhluk Allah yang lain.
Dalam beberapa hadis Nabi Muhammad Saw diungkapkan bahwa Allah Swt menolak bencana dari penduduk bumi atau menahannya dengan sebab (berkah) orang-orang yang suka beristigfar dan para pemakmur masjid. Bahkan, Allah swt pun berkenan memberi rezeki kepada penduduk bumi, memberikan pertolongan dan menolak bencana karena adanya hamba-hamba yang saleh, yang suka beristigfar dan memakmurkan masjid.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Kabir dan Imam Baihaki dalam Al-Sunan dari Mani' Ad-Dailami r.a. la menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
لَوْلاَ عِبَادٌ لِلَّهِ رَكَعَ وَصَبِيَّةٌ رُضِعَ وَبَهَائِمٌ رَتَعَ لَصَبَّ عَلَيْكُمُ الْعَذَابَ صَبًّا ثُمَّ رَضَّ رَضًّا
Artinya : “Jika bukan karena berkah hamba-hamba Allah yang rukuk atau mendirikan salat, bayi-bayi yang disusui, dan binatang-binatang yang digembalakan, pasti siksaan akan dikucurkan kepadamu dengan derasnya dan kamu akan dihancurkan sehancur- hancurnya.”
Jabir bin Abdullah ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ لَيَصْلُحُ بِصَلاَحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدِهِ وَوَلَدِوَلَدِهِ وَاَهْلِ دَوِيْرَتِهِ وَدَوِيْرَاتِ حَوْلِهِ وَلاَ يَزَالُوْنَ فِى حِفْظِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مَادَامَ فِيْهِمْ
Artinya : “Allah memperbaiki atau menjadikan saleh dengan kesalehan seseorang, anaknya, anak dari anaknya (cucunya), dan penduduk tetangganya yang terdekat dan yang dekat di sekitarnya. Dan mereka akan selalu dalam penjagaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung, selama ia berada di sisi mereka.”
Abdullah bin Umar r.a. juga pernah mengatakan bahwa Nabi Saw bersabda:
اِنَّ اللهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَّالِحِ عَنْ مِائَةِ اَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ بَلاَءً
Artinya : “Sesungguhnya Allah swt. dengan berkah Muslim yang saleh menolak bencana atau musibah dari seratus penduduk rumah dari tetangganya.”
Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya : ”Siapa saja yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat.”(Hadis shahih)
Dalam hadis lainnya disebutkan
مَنْ قَضَى ِلاَخِيْهِ حَاجَةً كُنْتُ وَاقِفًا عِنْدَ مِيْزَانِهِ فَاِنْ رَجَحَ وَاِلاَّ شَفَعْتُ لَهُ
Artinya : “Siapa saja yang dapat memenuhi kebutuhan saudaranya maka aku akan berdiri di depan timbangannya. Jika (telah) berat timbangan kebaikannya, maka aku biarkan; dan jika tidak begitu, maka aku akan memberinya syafa'at atau bantuan”.
وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ
Artinya : “Allah akan menolong hamba-Nya selama ia mau menolong saudaranya.”
Sa'd bin Abu Waqqash r.a., mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ
Artinya : “Tidaklah kamu sekalian ditolong dan diberi rezeki kecuali dengan (berkah) orang-orang lemah di antaramu.” (Hr. Bukhari)

»»  Baca selanjutnya...

Selasa, 16 Oktober 2012

Allah Kuasa Makhluk Tak Kuasa


Kini orang kaya dan miskin gampang terkena penyakit,karna beban berlebihan dihati.org kaya beli daging buat dirumah ttp tidak bisa makan karna koleterol,pergi kdokter ahli jantung berharap sembuh.padhal tetap saja klo allah tetapkan jantung itu berhenti mau dipompa pakai gas tetap saja tidak akan bergerak lagi.kita lupa jantung dokter itu jg,allah yg memegang.hati ini sakit karna mau mengambil urusan allah,sehingga berlebihan beban.urusan allah ini tdk akan ada yg mampu menampungnya.jika hati ini mau coba-coba ambil urusan allah selamat berjuang.
Kitab Iman Bab Ke-1: Sabda Nabi saw., “Islam itu didirikan atas lima perkara.” Iman itu adalah ucapan dan perbuatan. Ia dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)” (al-Fath: 4), “Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(al-Kahfi: 13), “Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Maryam: 76), “Orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (Muhammad: 17), “Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya” (al-Muddatstsir: 31), “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya.” (at-Taubah: 124), “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka.” (Ali Imran: 173), dan “Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan (kepada Allah).” (al-Ahzab: 22) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah adalah sebagian dari keimanan. 1. Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Adi bin Adi sebagai berikut, “Sesungguhnya keimanan itu mempunyai beberapa kefardhuan (kewajiban), syariat, had (yakni batas/hukum), dan sunnah. Barangsiapa mengikuti semuanya itu maka keimanannya telah sempurna. Dan barangsiapa tidak mengikutinya secara sempurna, maka keimanannya tidak sempurna. Jika saya masih hidup, maka hal-hal itu akan kuberikan kepadamu semua, sehingga kamu dapat mengamalkan secara sepenuhnya. Tetapi, jika saya mati, maka tidak terlampau berkeinginan untuk menjadi sahabatmu.” Nabi Ibrahim a.s. pernah berkata dengan mengutip firman Allah, “Walakin liyathma-inna qalbii” ‘Agar hatiku tetap mantap [dengan imanku]‘. (al-Baqarah: 260) 2. Mu’adz pernah berkata kepada kawan-kawannya, “Duduklah di sini bersama kami sesaat untuk menambah keimanan kita.” 3. Ibnu Mas’ud berkata, “Yakin adalah keimanan yang menyeluruh.” 4. Ibnu Umar berkata, “Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat takwa yang sebenarnya kecuali ia dapat meninggalkan apa saja yang dirasa tidak enak dalam hati.” 5. Mujahid berkata, “Syara’a lakum” (Dia telah mensyariatkan bagi kamu) (asy-Syuura: 13), berarti, “Kami telah mewasiatkan kepadamu wahai Muhammad, juga kepadanya untuk memeluk satu macam agama.” 6. Ibnu Abbas berkata dalam menafsiri lafaz “Syir’atan wa minhaajan”, yaitu jalan yang lempang (lurus) dan sunnah.” 7. Doamu adalah keimananmu sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya, “Katakanlah, Tuhanku tidak mengindahkan (memperdulikan) kamu, melainkan kalau ada imanmu.” (al-Furqan: 77). Arti doa menurut bahasa adalah iman. 8.Ibnu Umar berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Islam dibangun di atas lima dasar: 1. bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah; 2. menegakkan shalat; 3. membayar zakat; 4. haji; dan 5. puasa pada bulan Ramadhan.’”

»»  Baca selanjutnya...

Sikap Lemah Lembut Dan Keras Dalam Berdakwah


Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Allah Ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6024 dan Muslim no. 2165)
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau telah bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim no. 2594)
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
“Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid. Maka para sahabat ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air -atau dengan setimba besar air-. Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan.” (HR. Al-Bukhari no. 323)

Penjelasan:
Ar-Rifq adalah sifat lemah lembut di dalam berkata dan bertindak serta memilih untuk melakukan cara yang paling mudah. (Fathul Bari syarh Shahih Al Bukhari)
Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk berhias dengan sifat yang sangat mulia tersebut, karena ia merupakan bagian dari sifat-sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dengannya pula merupakan sebab seseorang dapat meraih berbagai kunci kebaikan dan keutamaan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat lemah lembut, maka ia tidak akan bisa meraih berbagai kebaikan dan keutamaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal ini kepada ‘Aisyah-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Sebagaimana disebutkan pula dalam sebuah hadits:
مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
“Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)

Keutamaan sifat Ar-Rifq
Sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa sifat Ar-Rifq (lemah lembut) merupakan sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan keutamaan. Dengannya pula akan melahirkan sikap hikmah, yang juga merupakan sikap yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam berkata dan bertindak.
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk menghardiknya dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
(Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa doa Arab badui tersebut diucapkan sebelum ia buang air kecil. Wallahu a’lam)

Perhatikanlah wahai para pembaca yang kami hormati!
Betapa hati manusia itu, pada asalnya, adalah cenderung kepada sikap yang lembut dan tidak kasar. Betapa indah dan lembutnya cara pengajaran dari tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap seorang yang belum mengerti. Dengan sikap hikmah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akhirnya melahirkan rasa simpati dan membuka mata hati Arab badui tersebut dalam menerima nasehat. Berbeda halnya tatkala perbuatannya tersebut disikapi dengan kemarahan, yang akhirnya melahirkan sikap ketidaksukaan. Hal ini bisa dilihat dari perkataannya: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.”
Selalu memberikan kemudahan kepada orang lain dan tidak mau mempersulit urusan merupakan ciri khas akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِيْنَ
“Hanya saja kalian diperintah untuk memudahkan dan bukan untuk mempersulit.” (HR.Al Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai kelembutan. Dia memberikan pada sifat kelembutan yang tidak diberikan kepada sifat kekerasan, dan tidak pula diberikan kepada sifat-sifat yang lainnya.” (HR. Muslim)
Hadits ini mengandung makna keutamaan sifat lemah lembut, anjuran untuk berakhlak dengannya, serta tercelanya sifat kasar dan keras. Sesungguhnya sifat lemah lembut merupakan sebab untuk meraih segala kebaikan.
Makna lafazh hadits, “Dia (Allah subhanahu wa ta’ala, pen) memberikan sesuatu pada sifat lemah lembut yang tidak diberikan kepada sifat kekerasan“, yakni bahwa dengan sifat lemah lembut tersebut, seseorang dapat melakukan perkara-perkara yang tidak akan bisa dilakukan dengan sifat yang menjadi lawannya yaitu sifat keras dan kasar. Ada yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala pada sifat lemah lembut, yang tidak diberikan pada sifat yang lainnya.

Dengan sifat lemah lembut yang ada pada diri seseorang, dapat menyelamatkannya dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang diharamkan dari neraka atau neraka diharamkan atasnya? Yaitu atas setiap orang yang dekat (dengan manusia), lemah lembut, lagi memudahkan.” (HR. Tirmidzi)
Ar-Rifq merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim, terkhusus seorang da’i

Termasuk diantara akhlak-akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i yang berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah bersikap lapang dada, menampakkan wajah yang ceria dan bersikap lemah lembut kepada saudaranya sesama muslim.
Sifat tersebut akan mendorong untuk lebih mudah diterimanya dakwah seseorang tatkala ia menyeru ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan terhadap orang kafir tertentu, terkadang perlu untuk bersikap lemah lembut dalam rangka melembutkan hati mereka untuk tertarik masuk ke dalam Islam. Telah diketahui bahwasanya Islam adalah sebuah agama yang ringan dan mudah bagi pemeluknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Setiap orang yang berusaha mempersulitnya pasti akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah kepada kesempurnaan, dan berilah kabar gembira, serta ambillah sebuah kesempatan pada pagi hari, petang serta sebagian dari malam.” (HR. Al Bukhari)
Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk bermuamalah dengan sifat lemah lembut kepada sesama manusia, dan bahkan terhadap binatang ternak sekalipun. Sebagaimana dalam hadits:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim)
Ketika seorang mukmin telah berhias dengan kelemahlembutan, maka akan membuahkan pada dirinya sikap kasih sayang kepada orang lain, dan akan melahirkan pada diri orang lain sikap kecintaan dan keridhaan, serta menumbuhkan sikap segan dari pihak lawan kepada dirinya. Sebaliknya, dengan sikap keras, kaku dan kasar akan membuat lari dan menjauhnya manusia, dan semakin mengobarkan api kebencian dari orang-orang yang menanam benih kebencian kepada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu kecuali akan membuat indah sesuatu tersebut dan tidaklah sifat lemah lembut dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat sesuatu tersebut menjadi buruk.” (HR. Muslim)
Kesimpulannya adalah sepantasnya bagi seorang da’i untuk menghiasi dirinya dengan sifat Ar-Rifq didalam memerintahkan kepada perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari yang mungkar.

Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sifat Ar-Rifq tidaklah menunjukkan kelemahan atau ketidaktegasan seseorang dalam berkata dan bertindak. Bahkan dalam sifat Ar-Rifq sendiri, sebenarnya telah mengandung sikap tegas dalam amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran). Dan tidaklah sikap tegas itu identik dengan sikap keras atau kasar. Dalam keadaan tertentu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tegas dan keras. Diantara contohnya:
-    Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
-    Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
-    Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
-    Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)

Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
Wallahu a’lam bishshowab.

»»  Baca selanjutnya...