2. Supayah istri kita menjadi Murabbiyah
( pendidik ), sehingga dapat mendidik anak-anak kita secara islami. Kalau kita
melihat generasi sahabat, maka pada saat umur 18 tahun sampai 20 tahun seperti
Usama bin zahid , Thariq bin Ziyad mereka sudah sanggup membawa pasukan yang
jumlahnya puluhan ribu untuk menyebarkan agama keluar negeri, tapi kalau kita
melihat keadaan hari ini sangat berbeda jauh sekali anak-anak kita umur 20
tahun hanya bisa kongko-kongko menghabiskan harta orang tuanya, bahkan yang
terparah mereka sudah tak mengetahui lagi maksud hidup mereka, bahkan sudah tak
mempunyai cita-cita untuk menyebarkan agamanya. Maka disinilah peran istri kita
untuk mendidik dan membina anak-anak kita supayah menjadi generasi-generasi
pilihan; Alim-Alimah , Hafiz-Hafizah , Sholeh-Sholehah, Dai-Daiyah
3. Supayah istri kita
menjadi `Abidah (ahli ibadah), maksudnya agar istri kita rajin menjaga
ibadahnya sehingga istri-istri kita selalu menjaga sholatnya tepat pada
waktunya, bahkan mereka juga menjaga sholat-sholat sunah ( Dhuha, Tahajud,
hajad, dll ), Istri kita menjadi rajin membaca alquran minimal 1 juz setiap
hari, menjaga dzikir pagi petang, bahkan rajin membaca doa-doa masnunah
sehingga istri kita dapat membantu kita menarik pertolongan Allah swt , bahkan
nanti sampai pada tahapan istri kita selalu menyelesaikan setiap masalah
langsung kepada Allah swt melalui amalan.
4. Supayah istri kita
menjadi Zahidah (sederhana), sehingga kehidupan istri-istri kita
meneladani sahabiyah-sahabiyah ra. Kehidupan dan rumah para sahabiyah sangat sederhana,
bahkan seumur hidupnya Rasulullah saw tidak pernah memakan tepung yang halus
dan Aisyah rha selama menjadi istri Rasulullah saw hanya mempunyai pakaian baru
cuma dua kali saja. Para sahabiyah dan istri-istri Nabi saw melakukan segala
perkerjaan rumah tangga sendiri sampai-sampai Fatimah anak dari jungjungan kita
Rasulullah saw selalu dalam keadaan yang sangat memprihatinkan padahal dia
adalah putri kesayangan Rasulullah saw, oleh karena itu melalu usaha dakwah ini
kita mengharapkan istri-istri kita mencontoh kehidupan para sahabiyah.
5. Istri kita menjadi Khaddimah
(berkhidmad), yakni membantu melayani dan mendorong suami keluar dijalan allah
, untuk kerja-kerja agama.
6. Istri kita supayah menjadi
seorang Da`iyah (penda`wah wanita), dia ada fikir dan risau atas keadaan
umat, karena pada dasarnya istri-istri sering kali berfikir atas hal-hal yang
menyusahkan dirinya (beras belum habis sudah pusing mikirin beras untuk besok)
, mudah menangis (anak yang sakit dia yang menangis), maka kalau mereka gunakan
tangisan dan risau dia maka hal tersebut sangat kuat untuk menarik pertolongan
Allah swt , dengan kekuatan itu dia akan membujuk wanita-wanita yang datang
kerumah kita untuk ambil bagian dalam usaha atas agama.
Maka bagaimana pun pentingnya usaha atas masturah, usaha
tersebut harus di buat dengan sangat-sangat hati-hati, perlu diperhatikan
tertib-tertibnya dan usul-usulnya, maka sering kita dengar kalau jamaah rizal (
laki-laki ) yang penting keluar untuk berdakwah dulu tertib nomor 2 sedangkan untuk
jamaah masturah (wanita) sebaliknya. Masturah dikeluarkan harus dengan tertib
kalau tidak memenuhi tertib dan usul-usulnya maka masturah tidak boleh di
keluarkan.
&nbs� ~ b p p (�& ama Islam tersebar di zaman
khulafurrasyidin, 2 orang khalifah masuk Islam dengan asbab wanita, yaitu :
Umar r.a asbabnya adalah adiknya Fathimah binti Khattab r.ha dan Usman r.a
asbabnya adalah bibinya Saudah r.ha.
c. Jumlah wanita lebih banyak
daripada laki-laki, jumlah anak-anak lebih banyak dari wanita, dengan asbab ambil
usaha da`wah maka rahmat Islam akan tersebar keseluruh alam.
d. Orang – orang kebathikan
memanfaatkan wanita untuk promosi dunia.
e. Apabila wanita paham agama akan
rela berkorban habis-habisan. Seperti Siti Khadijah r.ha dan Sumayyah r.ha.
f. Satu do`a seorang wanita
shalehah lebih baik daripada do`a 70 wali. Tetapi satu wanita jahat lebih
rusak daripada 1000 laki-laki jahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar