ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah
lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS.
An-Nahl: 125)
Allah Ta’ala berfirman:
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ
لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran:
159)
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ
يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا
لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ
وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى
مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia
mencintai sikap lemah lembut. Allah memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu
yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa
yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6024 dan
Muslim no. 2165)
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau telah bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي
شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا
يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا
شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada
sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah
sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR.
Muslim no. 2594)
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ
فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا
مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا
مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ
مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
“Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid. Maka
para sahabat ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun
bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan
setimba air -atau dengan setimba besar air-. Sesungguhnya kalian diutus untuk
memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan.” (HR.
Al-Bukhari no. 323)
Penjelasan:
Ar-Rifq adalah sifat lemah lembut di dalam berkata dan
bertindak serta memilih untuk melakukan cara yang paling mudah. (Fathul Bari
syarh Shahih Al Bukhari)
Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk berhias dengan
sifat yang sangat mulia tersebut, karena ia merupakan bagian dari sifat-sifat
yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dengannya pula merupakan sebab
seseorang dapat meraih berbagai kunci kebaikan dan keutamaan. Sebaliknya, orang
yang tidak memiliki sifat lemah lembut, maka ia tidak akan bisa meraih berbagai
kebaikan dan keutamaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal ini
kepada ‘Aisyah-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ
الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang
mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Sebagaimana disebutkan pula dalam sebuah hadits:
مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
“Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia
dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)
Keutamaan sifat Ar-Rifq
Sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa sifat Ar-Rifq
(lemah lembut) merupakan sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan keutamaan. Dengannya
pula akan melahirkan sikap hikmah, yang juga merupakan sikap yang dicintai oleh
Allah subhanahu wa ta’ala di dalam berkata dan bertindak.
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk bersama para shahabat
radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui
(kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya. Maka, dengan
serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam masjid, menghampirinya
seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras. Namun Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk menghardiknya dan memerintahkan untuk
membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah
selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk diambilkan setimba
air untuk dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil
‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda
najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai
tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR.
Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati
‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun
berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau
merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR.
Al Bukhari dan yang lainnya)
(Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa doa Arab badui
tersebut diucapkan sebelum ia buang air kecil. Wallahu a’lam)
Perhatikanlah wahai para pembaca yang kami hormati!
Betapa hati manusia itu, pada asalnya, adalah cenderung
kepada sikap yang lembut dan tidak kasar. Betapa indah dan lembutnya cara
pengajaran dari tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap seorang
yang belum mengerti. Dengan sikap hikmah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, akhirnya melahirkan rasa simpati dan membuka mata hati Arab badui
tersebut dalam menerima nasehat. Berbeda halnya tatkala perbuatannya tersebut
disikapi dengan kemarahan, yang akhirnya melahirkan sikap ketidaksukaan. Hal
ini bisa dilihat dari perkataannya: “Ya Allah, rahmatilah aku dan
Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.”
Selalu memberikan kemudahan kepada orang lain dan tidak mau
mempersulit urusan merupakan ciri khas akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kata beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
فَإِنَّمَا
بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِيْنَ
“Hanya saja kalian diperintah untuk memudahkan dan bukan
untuk mempersulit.” (HR.Al Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ
الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا
لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ
وَمَا لاَ يُعْطِي عَلَى
مَا سِوَاهُ
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai
kelembutan. Dia memberikan pada sifat kelembutan yang tidak diberikan kepada
sifat kekerasan, dan tidak pula diberikan kepada sifat-sifat yang lainnya.” (HR.
Muslim)
Hadits ini mengandung makna keutamaan sifat lemah lembut,
anjuran untuk berakhlak dengannya, serta tercelanya sifat kasar dan keras.
Sesungguhnya sifat lemah lembut merupakan sebab untuk meraih segala kebaikan.
Makna lafazh hadits, “Dia (Allah subhanahu wa ta’ala,
pen) memberikan sesuatu pada sifat lemah lembut yang tidak diberikan kepada
sifat kekerasan“, yakni bahwa dengan sifat lemah lembut tersebut,
seseorang dapat melakukan perkara-perkara yang tidak akan bisa dilakukan dengan
sifat yang menjadi lawannya yaitu sifat keras dan kasar. Ada yang mengatakan
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala pada sifat lemah lembut,
yang tidak diberikan pada sifat yang lainnya.
Dengan sifat lemah lembut yang ada pada diri seseorang,
dapat menyelamatkannya dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى
النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ
عَلَيْهِ النَّارُ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ
هَيِّنٍ سَهْلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang
diharamkan dari neraka atau neraka diharamkan atasnya? Yaitu atas setiap orang
yang dekat (dengan manusia), lemah lembut, lagi memudahkan.” (HR.
Tirmidzi)
Ar-Rifq merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap
muslim, terkhusus seorang da’i
Termasuk diantara akhlak-akhlak yang harus dimiliki oleh
seorang da’i yang berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah bersikap
lapang dada, menampakkan wajah yang ceria dan bersikap lemah lembut kepada
saudaranya sesama muslim.
Sifat tersebut akan mendorong untuk lebih mudah diterimanya
dakwah seseorang tatkala ia menyeru ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan terhadap orang kafir tertentu, terkadang perlu untuk
bersikap lemah lembut dalam rangka melembutkan hati mereka untuk tertarik masuk
ke dalam Islam. Telah diketahui bahwasanya Islam adalah sebuah agama yang
ringan dan mudah bagi pemeluknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyatakan:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ
الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Setiap orang yang
berusaha mempersulitnya pasti akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah
kepada kesempurnaan, dan berilah kabar gembira, serta ambillah sebuah
kesempatan pada pagi hari, petang serta sebagian dari malam.” (HR. Al
Bukhari)
Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk bermuamalah
dengan sifat lemah lembut kepada sesama manusia, dan bahkan terhadap binatang
ternak sekalipun. Sebagaimana dalam hadits:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا
قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا
الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan
untuk berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah
dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara
yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya (ketika
hendak menyembelih), dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim)
Ketika seorang mukmin telah berhias dengan kelemahlembutan,
maka akan membuahkan pada dirinya sikap kasih sayang kepada orang lain, dan
akan melahirkan pada diri orang lain sikap kecintaan dan keridhaan, serta
menumbuhkan sikap segan dari pihak lawan kepada dirinya. Sebaliknya, dengan
sikap keras, kaku dan kasar akan membuat lari dan menjauhnya manusia, dan
semakin mengobarkan api kebencian dari orang-orang yang menanam benih kebencian
kepada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyatakan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي
شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ
يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ
شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada
sesuatu kecuali akan membuat indah sesuatu tersebut dan tidaklah sifat lemah
lembut dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat sesuatu tersebut menjadi
buruk.” (HR. Muslim)
Kesimpulannya adalah sepantasnya bagi seorang da’i untuk
menghiasi dirinya dengan sifat Ar-Rifq didalam memerintahkan kepada perkara
yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari yang mungkar.
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sifat Ar-Rifq tidaklah
menunjukkan kelemahan atau ketidaktegasan seseorang dalam berkata dan
bertindak. Bahkan dalam sifat Ar-Rifq sendiri, sebenarnya telah mengandung
sikap tegas dalam amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan
melarang dari kemungkaran). Dan tidaklah sikap tegas itu identik dengan sikap
keras atau kasar. Dalam keadaan tertentu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersikap tegas dan keras. Diantara contohnya:
- Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan
orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
- Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah
untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
- Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat
melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta.
(HR. Al Bukhari)
- Kerasnya sikap beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah
ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang
teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah
hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni
(tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak
tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah.
Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan
sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik
dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada
dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar