Syuro Indonesia
Takrir Musyawarah Indonesia
Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb.
Ada dua kiat menghadirkan
Nusrotullah karena tidak ada satupun yang bisa kita selesaikan tanpa
pertolongan Allah SWT. Bahkan Nabi SAW menganjurkan kepada kita untuk
memperbanyak dzikir bacaan “La Haula Wala Quwwata Illa Billah” ( tidak ada
kekuatan selain kekuatan Allah). Ini maksudnya apa ? Maksudnya adalah tidak ada
satu kekuatan kita untuk melakukan ketaatan ataupun menghindari kemaksiatan
selain dari pertolongan Allah. Begitupula kita sebagai hamba yang sangat
berhajat kepada pertolongan Allah diwajibkan atas kita membaca doa sebanyak 17
kali dalam satu hari “Iyyakana Budu wa Iyyaka nashta’in” (Kepadamulah aku
menyembah dan memohon pertolongan).
Allah menjanjikan kepada siapa
Nusrotullan / pertolongan Allah akan diberi :
1. Firman Allah SWT :
Intansurrulloha yansurkum : “Barangsiapa membantu agama Allah pasti Allah akan
membantu kalian”
2. Sabda Nabi SAW : Wallahu fi
ainil abdi makana abduhu fi aunil akhi : “Allah akan membantu seorang hamba
selama hambanya membantu saudaranya tersebut.”
Ada 2 kerja yang bisa
mendatangkan pertolongan Allah tersebut :
1. Membantu Agama Allah
2. Membantu Saudara Kita
Waktu Ijtima di Pakistan,
datanglah seorang pemain cricket yang terkenal diantara negara2 commonwealth
(jajahan ingris), namanya Imron. Pemain kaya karena hasil olah raganya. Imran
ini pergi menghadap Maulana Saad, sampai akhirnya ditaskyl oleh Maulana Saad
untuk pergi di jalan Allah. Namun si pemain cricket ini mengatakan bahwa dia
tidak punya waktu dikarenakan kesibukannya. Sebaliknya dia mengatakan bahwa
walaupun dia tidak mempunyai waktu tapi dia sudah banyak menyisihkan hartanya
di sedekahkan untuk pembangunan mesjid, madrasah, dan panti asuhan yatim piatu,
dsb. Jadi dia merasa harta yang dia dapatkan sudah dia sisihkan untuk kebaikan
umat islam. Lalu apa jawabnya Maulana Saad :
“Wahai Imron kamu sudah berbuat
membantu umat islam tapi kamu belum membantu agama islam”
Ini beda antara membantu ummat
islam dan membantu agama islam , contohnya :
1. Panti Asuhan Yatim Piatu ini
dibangun untuk memelihara ummat islam
2. Mesjid dibuat bagus2, pasang
kipas, kasih karpet ini agar umat islam nyaman ibadahnya.
Padahal Mesjid Nabi SAW sendiri
cuman terbuat dari pelepah kurma dan pasir tidak ada kipas dan karpet.
Sebenarnya tanpa mesjidpun kita bisa sholat. Di Sudan mesjid cuman dipatok
dengan batu. Untuk apa ada mesjid ini untuk Ummat islam.
3. Madrasah dibangun agar bisa
memberi kenyamanan bagi ummat islam untuk belajar.
Dijaman Nabi SAW mereka belajar
dibawah-bahan pohon tidak ada madrasah di jaman Nabi SAW.
Inilah yang menjadi pertanyaan
bagi Maulana saad :
“Kamu memang sudah membantu ummat
islam namun apa yang sudah kamu kerjakan untuk agama islam ?”
Mendapatkan pertanyaan seperti
ini si Imron ini terkejut, karena baru kali ini ada ulama yang bertanya seperti
itu. Sekarang banyak orang yang sudah merasa membantu agama islam padahal
belum, ini dikarenakan yang mereka lakukan adalah untuk membantu ummat islam,
bukan agama islam. Kita tidak boleh menafikan apa yang orang sudah lakukan
untuk ummat islam, karena semuanya juga berpahala dilakukan. Dari membangun
mesjid, madrasah, panti asuhan, semuanya ini mendatangkan pahala.
Namun Janji Allah adalah
“Barangsiapa membantu agama Allah maka Allah akan bantu dia”
Janji Allah yang pertama ini
adalah bagi yang membantu agama Allah baru Allah akan bantu kita. Bagaimana
membantu agama Allah ini adalah dengan dakwah yaitu berangkat 3 hari, 40 hari,
dan 4 bulan fissabillillah, dengan harta dan diri sendiri.
Kita berkumpul disini dari
seluruh propinsi untuk memikirkan kepentingan dakwah atau agama. Kita berkumpul
disini tidak untuk bermusyawarah memikirkan bagaimana membangun mesjid, ataupun
membangun madrasah, ataupun membangun panti asuhan, ataupun kita angkat senjata
untuk membantu temen kita berperang disana, tidak ini bukan tujuan kita
bermusyawarah disini. Itu nanti musyawarah lain. Tapi yang kita pikirkan disini
adalah membantu agama Allah yaitu bagaimana agama wujud, agama dapat tersebar,
dan rombongan-rombongan dakwah dapat diberangkatkan.
Untuk memahami ini jangankan kita
diantara para sahabatpun juga terjadi perbedaan yang cukup menyolok untuk
memahami perkara ini. Terjadi perbedaan yang keras antara satu orang sahabat
melawan argument seluruh sahabat. Apalagi kita-kita ini yang berusaha untuk
memahami. Menjelang Nabi SAW meninggal dunia satu hari sebelumnya Nabi SAW
memberikan bayan hidayah kepada rombongan Usamah bin Zaid RA untuk menghadapi
tentara Romawi yang akan menyerang kota Madinah. Berangkat petang itu juga,
sebelumnya berkemah di tempat namanya al jurk. Namun keesokan harinya Nabi SAW
wafat. Atas permintaan Ummu Aiman, ibu daripada Usamah, maka rombongan di tarik
balik untuk menghadiri pemakaman Nabi SAW. Setelah Khalifah baru diangkat 3
hari setelah Nabi SAW meninggal, terdengar kabar bahwa :
1. Pasukan Romawi di perbatasan
sudah siap untuk menyerang
2. Nabi Palsu dengan bala
tentaranya 40.000 orang juga akan menyerang Madinah.
3. Orang Munafiq mulai menentang
kebijakan2 yang ada
4. Orang yahudi mulai menghasut
di dalam kota Madinah
5. Munculnya banyak orang murtad
sebanyak 100.000 orang (padahal ulama2 besar dan sahabat2 masih ada)
6. Orang tidak mau membayar zakat
Apa keputusan Abu Bakar RA
sebagai khalifah baru yaitu :
1. Rombongan Usamah RA segera
diberangkatkan untuk menghadapi Romawi
2. Menyiapkan Rombongan Khalid
bin walid dan Wahsyi untuk menghadapi Nabi palsu.
3. Memerintahkan Umar RA membawa
rombongan bergerak sekeliling Madinah
Sehingga yang tertinggal hanya
Abu Bakar RA sendiri di Madinah tanpa penjagaan. Para sahabat bingung, karena
kok aneh betul ini caranya. Pemikiran para sahabat RA, kalau madinah kosong,
nanti bisa dibunuh istri2 Nabi SAW, bayi2 juga juga bisa dibunuh, serigala2
yang biasa datang di malam hari bisa memakan bangkai2 mereka nanti. Maka mereka
semua tidak paham perintah amirul mukminin, di otak mereka kita harus
mempertahankan madinah bukan membahayakannya. Tapi apa kata Abu Bakar RA,
“Tidak, saya tidak akan merubah daripada perintah Rasullullah SAW, Usamah tetap
harus berangkat.” Inilah perbedaan yang terjadi diantara sahabat RA. Mayoritas
sahabat RA ini yakin dengan hidupnya umat islam ini yaitu ummatnya dijaga,
istri2 Nabi SAW dijaga, bayi2 penerus generasi dijaga, maka islam akan mudah
dikembangkan dan islam pasti akan terpelihara. Tapi Abu Bakar RA justru
pemikirannya berbeda. Abu Bakar RA berkeyakinan jika Islam ini di jaga maka
ummat islam akan terjaga, tetapi para Sahabat RA berpikir jika umat islam
dijaga maka islam akan terpelihara.
Note dari Penulis :
Ketika itu yang orang-orang
fikirkan adalah keselamatan orang-orang islamnya, padahal yang harus dirisaukan
adalah bagaimana menyelamatkan agamanya terlebih dahulu. Begitupula yang
dilakukan Nabi SAW ketika perang Badr, bahkan sampai Nabi SAW berdoa untuk
kemenangan karena jika umat islam hancur di peperangan Badr ini maka habislah
islam dari muka bumi. Inilah yang difikirkan Abu Bakar RA yaitu mengirimkan
seluruh rombongan untuk menyelamatkan islam. Inilah perbedaan fikir yang
mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang lain.
Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi
kita semuanya.
Abu Bakar RA menyelesaikan
masalah dengan menggunakan 2 prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela agama berkurang
di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di
leher hewan qurban.”
Takwa ini maksudnya adalah
Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA tidak rela dijamannya
agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat
leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat
sempurna diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan
untuk menghadapi orang-orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka
diancam akan diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.
2. Prinsip Tawakkal :
“Keluarkan semua laki-laki untuk
pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul mukminin, keluarga
nabi,bayi-bayi, dan wanita-wanita di madinah.”
Abu Bakar RA lebih rela melihat
keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi
bagi Abu Bakar RA, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi SAW
dan ummat islam itu sendiri. Ini sama dengan percakapan Nabi SAW dengan jibril.
Ketika itu Jibril AS bertanya kepada Nabi Saw,”wahai Muhammad lebih mulia mana
aku atau dirimu ?” Nabi Muhammad Saw menjawab, “Lebih mulia aku karena engkau
diutus untuk aku.” Benar kata jibril, lalu jibril bertanya lagi, “Lebih mulia
mana engkau atau agama islam ?”, Nabi Saw menjawab, “Lebih mulia islam, karena
aku ditus untuk islam.” Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan
ummat itu sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan
Allah dan berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya
Abu Bakar RA. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi
palsu, dan musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar. Bahkan Umar RA
yang terkenal pemberani karena perbedaan pendapat ini, dimarahi oleh Abu Bakar
RA. “Wahai Umar RA, kenapa kamu menjadi seorang pemberani seperti ketika masih
kafir dan sekarang setelah dalam islam kamu menjadi seperti seorang pengecut.”
Maka digebuk umar oleh Abu Bakar RA. Jika Umar RA seorang pemberani berpikir
seperti seorang pengecut bagaimana jadinya dengan yang lain, akan makin banyak
pengecut2 yang lain.
Note Mubayin :
Percuma jadi karkun, sebelum jadi
karkun kelihatan berani, tapi setelah jadi karkun lebih banyak pembenarannya :
“Kita harus hikmah” katanya. Ini pengecut namanya.
Marah ketika itu Abu Bakar RA
melihat Umar “Apa kamu ini umar pemberani dijaman Jahiliah tetapi pengecut
dijaman Islam”. Jika Umar seperti ini bagaimana sahabat2 RA yang lain
menyikapinya. Abu Bakar RA tidak ingin Umar RA menjadi seorang pengecut.
Digampar ketika itu Umar RA oleh Abu Bakar RA. Namun karena tempelengan Abu
Bakar RA ini berdasarkan Taqwa, tiba-tiba terhenyak Umar RA seperti orang baru
terjaga dari mimpi. Umar RA dari tempelengan tersebut seakan-akan melihat
cahaya, Umar tersentak dan berkata,“benar engkau wahai Abu Bakar”, langsung
pergi dia dengan rombongannya.
Ketika Islam dijaga, maka
pertolongan Allah akan datang :
1. Pasukan Romawi mengundurkan
diri
2. Nabi Palsu bisa dibunuh oleh
wahsyi ( dengan lembing yg sama membunuh paman Nabi SAW) ketika itu Wahsyi
sujud syukur karena bisa membayar dosa dengan lembing yang sama.
Begitulah Wahsyi dengan kebanggaan
dapat membayar dengan lembing yang sama membunuh orang yang paling Nabi SAW
cintai yaitu Hamzah RA, dia juga membunuh orang yang dibenci Nabi SAW yaitu
Nabi Palsu, Usamah Al Kahzab laknatullah alaih. Maka kita juga harus seperti
itu, dulu sebelum jadi karkun suka main judi dan mabuk-mabukan, maka setelah
jadi karkun kita datang ke tempat yang sama ajak teman-teman yang dulu kepada
Allah. Kita harus berani dan dan bangga seperti wahsyi menebus kesalahannya
yang dulu. Jangan seperti orang yang dulu berani sebelum ikut dakwah, kelahi
dimana-mana buat kebathilan, sekarang setelah jadi karkun malah loyo alasannya
“Hikmah”. Ini percuma jadi karkun.
Jadi ketika Pasukan Usamah
berangkat untuk menghadang, rombongan Khalid dan Wahsyi juga berangkat, lalu
rombongan Umar RA keliling Madinah, apa yang terjadi ? pasukan Romawi
ketakutan, mereka berpikir andaikata sedemikian banyak rombongan yang
diberangkatkan berarti yang didalam kota madinah lebih banyak lagi. Akhirnya
pasukan Romawi tidak berani menyerang Madinah.
Catatan Penulis :
Disinilah terdapat 2 perbedaan
pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar RA yakin
jika semua pergi di jalan Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua masalah
: orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang
sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah semua pergi
di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000
orang murtad masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat
ditumpas, dan Pasukan Romawi mundur. Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah
Islamnya atau Agamanya dulu, bukan orang-orang Islamnya. Hari ini ada pemikiran
seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang
kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti orang islam
ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan,
miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang
lebih penting lagi adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga,
sehingga Allah tidak menjaga ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah
diacuhkan oleh orang islam. Kita lihat hari ini orang islam kebanyakan tidak
sholat, mesjid kosong. Sholat berjamaah di masjid sudah tidak diacuhkan oleh
umat saati ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah SAW sudah ditinggalkan oleh
orang islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang
islam sudah seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak adabedanya dengan
cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan
mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi SAW sudah ditinggalkan oleh ummat
islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama,
“Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah
tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa
hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”).
Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali
kepada amal Nabi SAW, amalkan islam, taat pada perintah Allah.
Walaupun perkara-perkara ini
sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal.
Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya,
musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita
tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir
amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ?
kenapa Allah tidak tolong kita ?”
Inilah perbedaan antara
pergerakan kita dengan pergerakan-pergerakan lainnya. Gerak kita ini adalah
gerakan untuk membantu agama Allah. Sedangkan organisasi-organisasi dunia ini
kita tidak boleh menafikan perjuangan mereka. Mereka juga bergerak memberikan
manfaat untuk membantu umat Islam, sedangkan kita bergerak untuk membantu agama
Islam. Kita harus yakin ketika islam kita bantu untuk ditegakkan maka umat
islam akan dijaga oleh Allah Swt.
Inilah maksud kedatangan kita
kemari dari seluruh propinsi yaitu kita bermusyawarah bagaimana membantu agama
Allah :
1. Kita duduk disini untuk
berfikir bersama-sama bagaimana mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya untuk
membantu agama Allah. Kita dengar kargozary, kita bentangkan takazanya, lalu
kita siapkan diri kita untuk ambil bagian. Pertolongan Allah akan datang kepada
saya ketika saya bantu agama Allah, maka saya keluar berangkat.
2. Kita berfikir dan
bermusyawarah bagaimana kita membantu saudara kita. Apa yang kita bantu ?
keperluan dan kebutuhannya itu baik, tapi yang penting bagaimana kita bisa
bantu dia mendekatkan diri kepada Allah. Syekh Abdul Wahab, Masyeikh Pakistan,
katakan :
”Orang yang cinta kepada Allah
tapi dia tidak mau membantu saudaranya untuk cinta kepada Allah, dan
mengusahakan agar bagaimana Allah cinta pada saudaranya tersebut, maka Allah
tidak akan cinta kepada dia. Walaupun orang ini adalah seorang ahli dzikir dan
ahli ibadah”
Contoh :
Untuk itu kita bantu saudara kita
dari daerah-daerah lain. Alhamdullillah saat ini makasar sedang mengalami
peningkatan dan kemajuan dalam amalan Dakwah. Justru kalau kawan2 di makasar
hanya berpikir untuk daerahnya saja maka Allah tidak akan bantu. Di Manado
begitu juga sedang mengalami kemajuan, kalo hanya memikirkan daerah saja tidak
mau memikirkan daerah lain, maka pertolongan Allah tidak akan datang ke Menado.
Justru Allah akan bantu suatu propinsi jika propinsi itu membantu daripada
kerja agama di propinsi yang lain. Allah akan bantu saya kalau saya bantu
saudara saya, maka saya akan bantu saudara saya. Begitu juga mengenai musholla
saya. Saya ingin mushola saya makmur, maka kita harus bantu mushola2 disekitar
tempat saya. Ketika kita dan orang2 maqomi ditempat kita memikirkan bagaimana
memakmurkan mushola2 disekitar maqomi kita untuk hidup 5 amalan dan keluar 3
hari ataupun 40 hari, maka Allah akan bantu memakmurkan musholla kita. Begitu
juga dengan negara kita, kalu kita ingin maqomi di Indonesia ini maju maka kita
harus memikirkan dan mengirimkan rombongan ke negara lain, maka nanti Allah
akan bantu maqomi di negara Indonesia iniAllah berjanji dalam Al Quran :
“Wahai Muhammad Allah tidak akan
menyiksa mereka (penduduk kota mekkah) selama engkau masih disana. Ataupun
Allah tidak akan menyiksa mereka selama mereka beristighfar.”
1. Tidak akan disiksa selama
masih ada Nabi SAW diantara mereka penduduk tempatan
2. Tidak akan disiksa selama
masih ada istighfar
Jadi Allah tidak akan mengirimkan
bala, musibah, bencana kepada suatu kaum selama masih ada Rasul ditengah-tengah
mereka, atau mereka mau mengucapkan istighfar. Kekuatan yang bisa
mengantisapasi bala dan musibah jika ada orang2 tertentu yang mumpunyai
kedekatan khusus dengan Allah SWT. Cukup dengan doa mereka bisa mendatangkan
hujan, menghancurkan suatu wilayah, dan lain-lain. Namun ini hanya orang-rang
tertentu saja, pribadi-pribadi perorangan, seperti para Anbiya AS dan para
Waliullah, sedikit sekali. Namun secara umum untuk ummat Allah berikan kekuatan
kerja yaitu istighfar, inipun juga mampu menahan Bala atau Musibah yang akan
turun. Istigfar umat ini, tobat yang utama, di dalam Al Quran dijelaskan adalah
tobat ketika meninggalkan kerja dakwah.
Beberapa orang datang ke Syaikh
Maulana Ilyas Rah.A, mereka berkata kepada Maulana Ilyas, “Syaikh antum ini
wali.” Ini asbab hebatnya kerja dan gerak beliau dalam Dakwah. Namun apa kata
Maulana Ilyas Rah.A, “Bukan, saya ini bukan wali, tetapi yang wali itu adalah
kerja dakwah ini.” Jadi Maulana Ilyas tidak ingin membawa umat ini kepada
pengkultusan, tetapi lebih ingin mengarahkan umat ini kepada kerja dakwah. Kita
tidak menafikan adanya orang-orang tertentu yang mempunyai level kedekatan
dengan Allah seperti para Aulia, tetapi ini sedikit sekali, tidak semua orang
bisa mencapai level ketaatan seperti itu. Itulah namanya orang-orang pilihan
Allah. Namun untuk yang secara umum agar umat ini dapat menjadi dekat dengan
Allah, maka Allah berikan ummat ini kerja dakwah yang bisa membuat ummat ini diwalikan
semua oleh Allah Swt. Di dalam tarekat-tarekat, mereka mempunyai mursyid yang
mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri dalam doa. Namun dalam kerja dakwah
ini tidak ada yang seperti itu, yang paling utama dalam kerja dakwah ini adalah
kerja itu sendiri.
Satu rombongan didalamnya ada
ulama, hafidz quran, yang didalamnya ada mantan perampok, pemabok, dan penjudi.
Ketika keluar semuanya pakai sorban dan gamis. Ketika sampai di Madura,
semuanya dipeluk orang, diciumin tangannya. Si ulama ketika makan dapat ayam
panggang, maka si preman yang satu rombongan tadi dapat juga. Kenapa mereka
sama-sama dimuliakan padahal yang satu ulama dan yang satu lagi preman ? Ini
asbab kerja dakwah, di dalam kerja ini mereka di muliakan. Bukan karena
pribadi-pribadi mereka, kalau karena pribadi na’udzubillah pribadi si preman.
Tetapi asba kerja dakwah inilah ada preman dimuliakan. Sebaliknya jika datang
masyeikh kita, misalnya maulana Saad, ke jakarta untuk urusan dunia, bisnis
misalnya, beli batu bara. Kira-kira apakah mereka akan mendapat perlakuan yang
sama ? tidak mungkin. Jadi dalam kerja ini bukan pribadinya yang dimuliakan
oleh Allah Swt, tetapi kerjanya dalam dakwah. Kalau kita letakkan diri kita ini
dalam kerja dakwah, maka kita akan di muliakan oleh Allah Swt. Namun jika kita
lepas dari kerja ini maka tidak ada kemuliaan.
Meiji Mehrob, masyeikh pakistan,
almarhum, pernah berkata kepada orang-orang ketika di jalan Allah, “Kalian tau
di Nizzammuddin itu ada seorang wali, kalian datang kesana dan minta doa kepada
dia.” Ini karena di daerah tersebut pengkultusan terhadap seorang wali untuk
minta air agar di doakan dan diberi kesembuhan dan keberkahan suatu hal yang
biasa. Singkat cerita puluhan orang tertaskyl untuk datang ke markaz
nizzammuddin bertemu syekh Ilyas. Sampai di Nizammuddin, melihat orang-orang
datang, yang dipikir syekh Ilyas untuk berangkat fissabillillah. Ternyata
setelah ditafakkud oleh syekh Ilyas, para taskilan meiji mehrob ini hanya
terseyum dan tertawa kecil saja, karena tujuan mereka datang untuk minta doa
saja kepada syekh Ilyas. Mendengar hal ini seperti Maulana Ilyas marah lalu
memanggil Meiji Mehrob. Syekh Ilyas berkata kepada Meiji Mehrob, “Kamu ini
telah merusak kerja dakwah pada hari ini, kamu telah mengarahkan mahluk kepada
mahluk.” Jadi arahkan orang-orang ini kepada kerja bukan kepada
pribadi-pribadi. Contoh : “Mari pak kita ke Banjarmasin, disana ada ust.
Luthfi, itu pembesar dakwah.” Atau “Mari pak kita ke temboro, disana ada Kyai
Udzairon, itu pembesar dakwah”. Ini yang mentaskyl orang dengan cara seperti
ini adalah pengrusak-pengrusak dakwah.
Kita tidak mentaskyl orang kepada
pribadi tetapi pada kerja, apalagi jadi jurkam, ini lebih goblok lagi.
Mentaskyl kepada ulama dan orang sholeh aja tidak boleh dalam kerja ini apalagi
dalam pribadi-pribadi lain daripada itu.
Syekh Ilyas katakan azas kerja
dakwah ini ada 3 :
1. Ikhlas
2. Ijtimaiyat
3. Musyawarah
Jika kita jaga asas ini ada dalam
diri kita maka Allah akan pelihara kita. Jadi orang yang kerja karena
keikhlasan ini enak. Kenapa ini karena Ikhlas. Apa itu ikhlas ? ketika dipuji
dia tidak bangga dan ketika dihina dia tidak kecil hati. Dulu waktu awal kerja
dakwah ini yang datang ke markaz hanya 10 orang. Sehingga pada waktu itu
semangat untuk mentaskyl orang masih terjaga. Ujian keikhlasan mulai datang
ketika orang berbondong-bondong ambil bagian dalam kerja dakwah ini. Sekarang
di malam markaz yang hadir sekitar 3000 orang. Maka asbab banyaknya orang yang
hadir, sekarang orang ke markaz ada yang mau cari calon mertua, ada yang mau
jual topi, ada yang buka travel, dan lain-lain. Orang ikhlas ini terjaga, jika
dia terjaga maka kerja inipun akan terjaga. Nabi SAW bersabda :
“Makaana Lillahi da’ma watoshola”
artinya : sesuatu yang diniatkan
karena Allah akan berlanjut (tersambung terus dan tidak akan terputus).
“Wamakana yu ghoirubihi inkhota
wal fatwa”
Artinya : sesuatu yang dikerjakan
karena selain Allah maka akan terputus (lepas begitu saja)
Kekuatan dalam kerja dakwah ini
bukan terletak pada pribadinya tetapi pada ijtimaiyat (bersama-sama). Contoh :
Lidi ini terbuat dari pelepah kelapa bukan dari emas. Namun jika lidi ini
bersatu bisa memberikan manfaat, seperti membersihkan. Namun jika lidi ini dari
emas tapi tidak bersatu, kira-kira bisa gak membersihkan ruangan yang kotor ?
tidak mungkin. Walaupun kita kasih satu minggu untuk bersihkan ruangan tidak
akan bisa. Walaupun lidi ini dari pelepah kelapa tapi karena bersatu
bersama-sama maka dalam satu jam ruangan ini bisa dibersihkan.
Dalam falsafah Fiqih, air ini ada
3 macam :
1. Air Mutlak : air
yang suci dan mensucikan, bisa untuk diminum dan untuk wudhu
2. Air Musta’mal : air
kurang dari 2 Qulah/216 Ltr, suci, bisa diminum tapi tidak bisa untuk wudhu
3. Air Mutannajjis :
air kena najis atau kena kotoran, tidak bisa diminum, dan tidak suci.
Air yang kena percikan wudhu ini
jadi musta’mal, jika kena kotoran jadi mutannajis. Namun jika air musta’mal ini
dikumpulkan dalam jumlah besar hingga melebihi dua qullah, sehingga air
musta’mal ini menjadi air mutlak kembali. Bahkan air mutlak jika cuman satu
gelas maka untuk kebersihan paling hanya bisa digunakan untuk kencing saja,
tetapi jika untuk membersihkan ketika buang air besar tidak cukup. Musta’mal
jika dikumpulin dalam jumlah besar maka bisa digunakan untuk membersihkan
sekian banyak kotoran. Bahkan air mutannajis satu ember dikencingin anaknya,
mau dibuang gak ada iar lagi, diminum juga gak bisa. Akhirnya orang ini membawa
air ini ke bak yang besar melebihi dua qullah dituangkan lalu diambil lagi satu
ember, maka air ini jadi apa ? air tersebut jadi mutlak lagi. Bahkan ketika air
musta’amal ini digabungkan dalam jumlah besar dipakai mandi dicempulingin santri-santripun
masih mutlak jatuhnya. Air mutlak satu gelas ini seperti satu orang hafidz atau
ustadz, hafal hadits-hadits, tapi karena dia bergerak sendirian, untuk bisa
menyadarkan satu orang bencong aja, atau pemabuk, atau penjudi, ini susah. Beda
dengan kita-kita ini yang musta’mal, kadang-kadang siwak nabi, lain waktu pakai
siwak firaun (rokok), kadang-kadang baca Quran, tapi lain waktu kebanyakan baca
koran, seperti musta’mal. Namun jika yang musta’mal ini dikumpulkan
bersama-sama secara Ijtimaiyat, maka hasilnya bisa dahsyat.
Suatu ketika Maulana Yusuf
diejek-ejek ulama-ulama, “Maulana kenapa kerja dakwah ini banyak melibatkan
orang-orang bodoh, mantan penjahat, dan mantan ahli maksiat.” Lalu Maulana
Ilyas tantang ulama ini, “Tuan disitu ada bencong dan pemabuk lagi
kumpul-kumpul coba kamu ajak ke mesjid.” Ketika ulama ini datangin mereka,
responnya hanya tertawa terkekeh kekeh saja orang-orang itu. Intinya ulama ini
gagal mengajak mereka ke mesjid. Lalu Maulana Yusuf panggil rombongan khuruj
kumpulan orang-orang mewat yang musthamal ini untuk mentaskil tongkrongan
bencong-bencong dan pemabuk ini ke mesjid. Apa yang terjadi ? ternyata setelah
di targhib mereka semua yang ditongkrongan itu berangkat masuk mesjid. Baru
ulama ini faham tentang faedah orang-orang musthamal ini jika berkumpul dalam
rombongan dakwah. Bahkan diantara kita ada yang mutannajis, mungkin dulunya ada
yang pernah membunuh, namun karena bergabung bisa membersihkan daripada
teman-temannya yang lain. Ada rombongan diminta untuk mentaskyl tongkrongan
penjudi, sampai disana langsung dipeluk, targhib sebentar semuanya akhirnya
masuk mesjid. Bahkan yang mutannajis bisa juga memberikan manfaat jika
bergabung. Ini pentingnya Ijtimaiyat.
Sama seperti daun, jika daun ada
hubungan dengan ranting, ranting berhubungan dengan cabang, lalu cabang
berhubungan dengan batang, dan batang berhubungan dengan akar, dan akar
berhubungan tanah, maka walaupun matahari yang menyinari daun tidak akan layu,
kena angin tidak akan jatuh, kena air jadi bersih. Ini karena apa ? karena ada
hubungan ijtimaiyat. Namun jika daun ini terpisah dari ijtimaiyat, terputus
dari ranting, batang, akar, dan tanah, maka kena matahari akan jadi layu, kena
angin jadi terbang, kena air hujan jadi busuk. Kalau pribadi-pribadi per orangan
ini punya hubungan dengan mahalah tiap hari, lalu dari mahalah aktif di
halaqoh, dari halaqoh hadir di malam markaz, dan malam ijtimaiyat lainnya
seperti musyawarah propinsi, musyawarah indonesia, lalu dia hadir di musyawarah
indonesia tiap 2 tahun di nizammudin, bahkan kalu dia ada rejeki dia juga hadir
di haji kumpul bersama masyeikh tiap 2 tahunnya. Walaupun ada hujan, matahari
panas, akan tetap kuat dia selama dalam ijtimaiyat. Namun jika dia bergerak
sendiri-sendiri, bahkan jadi jurkam, maka akan kacau dan rusak dia.
Musyawarah, yang terakhir. Kita
jauh-jauh kemari untuk musyawarah. Banyak orang hadir dalam ijtimaiyat, hadir
dalam temboro, hadir di markaz, tapi tidak mau musyawarah, gerak sendiri, ini
rusak. Justru dengan musyawarah akan membuat dia kuat. Keberhasilan dalam
musyawarah bukan karena usulnya diterima, bukan, tetapi keberhasilan dalam
musyawarah ketika kita mau menerima keputusan dari musyawarah. Dalam gerakan
lain partai-partai berhasil ketika usulnya diterima, tetapi di gerakan kita tidak
seperti itu, melainkan ketika kita siap menerima daripada hasil keputusan
musyawarah. Ketika kita bermusyawarah dengan Masyaikh kita, Maulana Ahmad Lath
beliau katakan untuk menjaga keutuhan markaz dalam setiap musyawarah hilangkan
tiga perkara dalam diri kita di setiap markaz :
1.Keluarkan Ghoirullah dari hati
kita.
Contoh : gubernur atau presiden
dateng ke markaz, silahkan kita terima dan kita harus senang. Tapi
kalau gubernur atau presiden
pelukannya masuk hati ini kacau. Begitu juga Jibril datang, senang kita tapi
jibril masuk hati ini kacau. Jangan ada perasaan takut dalam hati kita.
Sekalipun itu jin ifrit, ataupun preman sekalipun silahkan saja datang, asal
jangan sampai masuk hati. Suatu ketika seorang preman datang hendak mau
membunuh Nabi SAW, Umar tangkap sudah hampir mau dibunuh oleh Umar RA, tapi apa
kata Nabi SAW, “Umar lepaskan dia, dekatkan dia kepada saya.” Asbab ini si
preman tadi masuk islam. Jadi jangan ada perasaan takut ataupun kesan di hati
kita.
2. Hilangkan kepentingan
pribadi dalam dakwah, yang ada kepentingan Ijtimaiyat. Co : musyawarah
kepindahan markaz, dalam musyawarah si fulan menolak dengan alasan markaz
sekarang berkah kalu pindah bisa menghilangkan keberkahan. Namun masalahnya
bukan karena markaznya tapi dia punya kepentingan tokonya ada disebelah markaz
yang sekarang, kalu pindah bisa bankrut tokonya. Ini kacau namanya. Begitu juga
sebaliknya mendukung kepindahan markaz karena di markaz yang baru tokonya udah
siap berdiri. Ini namanya konflik kepentingan, ini bisa mengacaukan.
3. Hilangkan Suudzhon
setelah selesai musyawarah.
Ketika sudah diputuskan dalam
musyawarah kita jaga husnudzon, kita terima semua hasil keputusan musyawarah
dengan baik. Insya Allah jika ketiga perkara ini ada Allah akan pelihara kita
dalam kerja ini.
Demikian yang harus kita lakuan
disini, bahwa kita berniat bermusyawarah secara Ijtimaiyat untuk kepentingan
agama islam. Bagaimana kehadiran kita disini dapat membantu agama islam.
Insya Allah kita niat amalkan dan
sampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar