Selasa, 16 Oktober 2012

Kehidupan Para Masyaikh Dakwah Dan Tabligh


Bagaimana dengan kehidupan para masyaikh ? Kehidupan merekapun amat bersahaja dan penuh dengan dengan kesederhanaan yang kita akan takjub dibuatnya.Kehidupan mereka sehari-hari akan tampak di lihat oleh orang-orangyang bersuhbah dengan mereka, mulai dari pakaiannya, rumahnya, makan-minumnya, sampai hal-hal yang kecil dapat kita perhatikan dan pelajari dari mereka. Tidak seperti kebanyakan ulama masa kini, yang sehabis ceramah langsung pulang ke rumah, kunci pintu, sehingga umat tak tahu lagi amal keseharian mereka.

Bahkan di Markaz Dakwah di Raiwind, saat musim panas para tamu yang dari luar negeri akan ditempatkan di ruangan ber-AC sementara ruang para Masyaikh hanya tersedia kipas yang kecil saja sehingga terasa panas. Walaupun dunia telah datang kepada mereka, orang-orang berdatangan ke markas mereka dari berbagai belahan dunia, tapi tak ada terbersitpun keinginan mereka untuk mengambil manfaat dunia seperti buat penggalangan dana atau menari sumbangan dari para tamu. Bahkan mereka melayani tamu-tamu mereka habis-habisan, dengan member makan gratis siang dan malam serta semua fasilitas tamu dipenuhi (bayangkan, setiap hari ada sekitar 20 ribu orang yang datang berkunjung di markas dakwah !)Para Masyaikh makan bersama dengan tamu, tak ada menu khusus buat mereka. Pakaian para masyaikh pun sangat sederhana. Di ceritakan pula bahwa Syeikh Ilyas selalu memakai kain yang telah berumur 80 tahun, peninggalan kakeknya.

Akhlak mereka pun begitu tinggi, tampak ada rasa kasih-sayang kepada umat yang begitu besar. Pernah suatu ketika ada musyawarah di markas, yang mana diadakan di ruangan khusu dan di jaga oleh tim khirosah (sekuriti). Kebetulan petugas khirosah yang mendapat giliran berjaga adalah orang baru dari daerah yang baru ikut ambil bagian dalam usaha dakwah, sehingga tak kenal dengan masyaikh. Saat Maulan Jamsid hendak masuk ke dalam ruangan musyawarah, maka petugas khirosah melarangnya dan mengatakan di dalam lagi ada musyawarah sehingga jangan mengganggu.Karena pakaian Maulana yang begitu sederhana, orang tersebut tidak menyangka bahwa beliau itu adalah masyaikh juga. Maka dengan tawaddhunya, S Maulana Jamsid kembali lagi ke kamarnya sampai ada orang yang memanggilnya dan menemaninya masuk ke ruang musyawarah. Beliau tak marah sedikitpun kepada orang itu.

Dengarlah penuturan Syeikh Abul Hasan Ali An Nadwi (seorang ulama besar) tentang kepribaduian para masyaikh tabligh : Banyak harakah yang mengalami pergeseran perjuangan mereka menjadi kemewahan ketika dunia telah datang kepada mereka sehingga dunia menjadi tujuan mereka selanjutnya. Tetapi tidak dengan Jamaah Tabligh !. Para masyaikh mereka tetap hidup dalam kesederhanaan, perjuangan mereka tak bercampur sedikitpun dengan keduniaan, walaupun dunia telah datang kepada mereka.
Para Masyaikh sering mengatakan dalam bayan mereka bahwa demi Allah, tak ada sedikitpun niat mereka untuk mendapatkan keduniaan dalam menjalankan usaha dakwah ini, walaupun itu hanya sepotong roti !

SOURCE : Buku kecil berjudul Ada Apa Di India Ust.Yudha Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar