Tentang Penciptaan Alam
Dia memulai penciptaan dan memulainya secara paling awal, tanpa mengalami pemikiran, tanpa menggunakan suatu eksperimen, tanpa melakukan suatu gerakan, dan tanpa mengalami kerisauan. Dia memberikan waktunya pada segala sesuatu, mengumpulkan variasi-variasinya, memberikan kepadanya sifat-sifatnya, dan menetapkan corak wajahnya dengan mengetahuinya sebelum menciptakannya, menyadari sepenuhnya batas-batasnya dan kesudahannya, dan menilai kecenderungan dan kerumitannya.
Ketika Yang Mahakuasa menciptakan lowongan-lowongan atmosfer, mengembangkan ruang angkasa dan lapisan-lapisan angin, Dia mengalirkan ke dalamnya air yang ombak-ombaknya membadai dan yang gelombang-gelombangnya saling melompati. Dia memuatnya pada angin yang kencang dan badai yang mematahkan, memerintahkannya untuk mencurahkannya kembali (sebagai hujan), memberikan kepada angin kendali atas kekuatan hujan, dan memperkenalkannya dengan batasan-batasannya. Angin meniup di bawahnya sementara air mengalir dengan garang atasnya.Kemudian Yang Mahakuasa menciptakan angin dan membuat gerakannya mandul, mengekalkan posisinya, mengintensifkan gerakannya dan menyebarkannya menjauh dan meluas. Kemudian Dia memerintahkan angin itu membangkitkan air yang dalam dan mengintensifkan gelombang laut. Maka angin mengocoknya sebagaimana mengocok dadih dan mendorongnya dengan sengit ke angkasa dengan melemparkan posisi depannya di belakang, dan yang berdiam pada yang terus mengalir, sampai permukaannya terangkat dan permukaannya penuh dengan buih. Kemudian Yang Mahakuasa mengangkat buih ke angin yang terbuka dan cakrawala yang luas dan membuat darinya ketujuh langit dan menjadikan yang lebih rendah sebagai gelombang yang berdiam dan yang di atas sebagai atap yang melindungi dan suatu bangunan tinggi tanpa tiang untuk menopang atau paku untuk menyatukannya. Kemudian Dia menghiasinya dengan bintang-bintang dan cahaya meteor dan menggantungkan padanya matahari dan bulan yang bercahaya di bawah langit yang beredar, langit yang bergerak dan cakrawala yang berputar.
Gambaran tentang Penciptaan Adam as.
Allah mengumpulkan lempung tanah yang keras, lembut, manis dan asam, yang dicelupkan-Nya ke dalam air dan mengadoninya dengan uap lembab sampai itu menjadi rekat. Darinya Dia membuat patung dengan lekukan-lekukan, persendian, anggota dan bagian-bagian. la memadukannya sampai ia mengering untuk waktu tertentu dan jangka waktu yang diketahui. Kemudian la meniupkan ke dalamnya Ruh-Nya sehingga ia mengambil pola manusia dengan pikiran yang mengaturnya, kecerdasan yang digunakannya, anggota badan yang melayaninya, organ-organ yang mengubah posisinya, kebijaksanaan yang membedakan antara yang benar dan salah, rasa dan bau, warna dan jenis. la adalah suatu campuran antara lempung berbagai warna, bahan-bahan rekat, yang berlawanan, yang aneka ragam dan sifat-sifat yang berbeda seperti panas, dingin, lembut dan keras.
Kemudian Allah menyuruh kepada malaikat untuk memenuhi janji-Nya dengan mereka dan memenuhi janji menaati perintah-Nya kepada mereka dengan pengakuan kepada-Nya melalui sujud kepada-Nya dan tunduk kepada kedudukannya yang mulia. Maka Allah berfirman, “Tunduklah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun tunduk kecuali iblis.” (QS. 2:34; 7:11; 17:61; 18:50; 20:116).
Kesombongan mencegah dia dan keburukan mengalahkannya. Maka ia membangga-banggakan penciptaannya sendiri (yang) dari api dan bersikap menghina ciptaan dari lempung. Maka Allah memberikan waktu kepadanya agar ia sepenuhnya patut menerima kemurkaan-Nya, dan melengkapi ujian (pada manusia) dan untuk memenuhi janji (yang telah diberikan-Nya kepada iblis). Maka la berkata, “Sesungguhnya engkau telah diberi waktu sampai pada hari yang diketahui. ” (QS. 15:37-38; 38:81)
Setelah itu Allah menempatkan Adam di suatu rumah di mana Dia membuat kehidupannya senang dan kediamannya aman, dan la memperingatkannya supaya berhati-hati terhadap iblis dan musuhnya. Lalu musuhnya (iblis) merasa iri atas tinggalnya di surga dan hubungan-hubungannya dengan yang bajik. Maka ia pun mengubah keyakinannya menjadi goyah, dan tekadnya menjadi lemah. Dengan demikian ia mengubah kebahagiaan Adam as. menjadi ketakutan, dan martabatnya menjadi sesal dan malu. Kemudian Allah memberikan kepada Adam as. kesempatan untuk bertaubat, mengajarkan kepadanya kata-kata dari Rahmat-Nya, menjanjikan kepadanya untuk kembali ke surga-Nya dan mengirimkannya ke tempat percobaan dan perkembangbiakan keturunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar