Ketika Maulana Ilyas rah.a. memulai usaha dakwahnya, para ulama tidak sepakat dengan apa yang beliau lakukan. Bahkan, ulama-ulama yang terkemuka mengecam beliau. Tetapi, dengan bertawakkal kepada Allah swt, beliau tetap teguh dalam menjalankan usaha dakwahnya, dan tak sedikit pun pantang mundur. Beliau sama sekali tidak nampak terpukul oleh kecaman dan celaan tersebut.
Ketika beliau menghidupkan kembali usaha tabligh ini, beliau menerima kecaman dari seluruh kalangan ulama, tetapi beliau tetap maju terus dengan usahanya.
Perlakuan yang diterima oleh Maulana Ilyas tersebut terjadi karena adanya kenyataan bahwa usaha dakwah ini telah lama dilupakan dan ditinggalkan dalam rentang waktu yang lama. Di samping itu, sejarah para sahabat r.a. tidak ada di depan mata mereka, atau mereka hanya membacanya secara sekilas. Mereka sedikit pun tidak tertarik untuk mengambil pelajaran dari kisah sejarah para sahabat r.a. Demikian pula dalam mempelajari hadits, mereka hanya mempelajari permukaannya sehingga tidak dapat menarik pelajaran darinya.
Maulana Ilyas dan Maulana Yusuf rah.a. dengan sungguh-sungguh mengambil pelajaran dan Qur’an, hadits, dan kehidupan para sahabat r.a. Apa yang beliau lakukan ini agaknya tidak dilakukan oleh ulama-ulama yang sezaman dengan beliau.Kita harus meletakkan tujuan hidup kita semata-mata untuk menghidupkan usaha dakwah, dan berdoa kepada Allah swt agar membimbing kita ke jalan kebenaran dan menanamkan hakikat dakwah di hati kita.
Seorang yang berpikiran sempit tentu tidak dapat mengambil pelajaran dan berbagai hal sehingga mereka bersikap mengecam. Namun demikian, ketika semangat keislaman bangkit kembali berkat usaha ini, banyak orang yang memperoleh manfaat dari usaha dakwah ini. Sehingga, para pengecam menjadi bungkam. Sekalipun demikian, apabila yang mereka cari kebenaran, tentu mereka tertarik untuk ikut serta dalam usaha dakwah ini.
Maulana Muhammad Ilyas rah.a berpendapat bahwa cara menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah pribadi, masalah umat, maupun masalah politik adalah dengan Dakwah dan Tabligh, berdasarkan satu fikir. Cara-cara yang ditempuh di luar bidang Dakwah dan Tabligh nampaknya saja dapat memberikan hasil dan keuntungan dengan segera, sekalipun hanya dengan pengorbanan yang sedikit. Dalam pada itu, usaha Dakwah menghendaki pengorbanan yang besar sedangkan keuntungannya tidak segera dapat dilihat. Itulah sebabnya mengapa orang-orang menjauh dan usaha dakwah. Demikian pula, orang-orang terlalu tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan ketika melihat orang-orang yang “tidak produktif’ seperti kita atau ketika melihat asas usaha dakwah kita. Namun ternyata mereka tidak mampu melihat hakikatnya, yakni tidak mampu memahami hakikat syariah.
Namun demikian, kita tidak diharuskan untuk menjawab para pengecam, tetapi kita juga tidak boleh acuh tak acuh terhadap mereka. Tetapi, hendaknya kita dekati mereka untuk menjelaskan tentang usaha dakwah kita, dan hanya meminta pertolongan kepada Allah swt.
Karena rahmat Allah swt sajalah sehingga usaha dakwah ini terus berkembang terutama pada saat-saat ketika banyak orang yang menentang. Kita sama sekali tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan. Segala puji hanyalah milik Allah swt.Ketika kita diizinkan untuk menyebarluaskan usaha ini dengan bebas di setiap penjuru di kawasan Arab, kita diberondong dengan kecaman dan berbagai kalangan ulama. Orang-orang Arab benar-benar tidak mau mempedulikannya, kecuali terhadap hal-hat tertentu.Namun demikian, pada saat usaha kita dilarang, Allah swt membuka pintu hati masyarakat untuk mendukung usaha kita. Sehingga, para ulama, orang-orang awam, dan para pemuda tertarik dengan usaha ini. Hal ini semata-mata karena karunia Allah swt.
Tersebarnya usaha ini menyebabkan orang-orang Arab menjadi yakin dan puas terhadap kebenaran usaha ini sehingga banyak yang sangat tertarik terhadapnya. Kita senantiasa memohon kepada Allah agar membangkitkan orang-orang Arab untuk menegakkan agama dan menjadikan mereka memegang tanggung jawab untuk menghidupkan kembali agama yang nampak semakin melemah di seluruh dunia. Aamiin.
Masalah lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa usaha ini terlihat banyak cacat dan celanya karena akhiak kita yang buruk. Kita jangan sampai berusaha memperbaiki orang lain sehingga lupa memperbaiki diri sendiri. Sesungguhnya perbaikan ada dalam kekuasaan Allah swt. Untuk itu, hendaknya ketika anda mengeluarkan orang lain di jalan Allah, niatnya adalah semata-mata untuk menanamkan ilmu agama dalam diri mereka karena lingkungan yang mengitari setiap orang benar-benar kosong dari agama, kecuali dalam hal-hal tertentu menurut kehendak Allah. Keluar di jalan Allah dapat menciptakan suasana yang sehat, suasana yang cocok untuk melakukan perbaikan ruhani.
Hendaknya menghormati orang-orang alim. Jagalah benar-benar agar selalu berdzikir (mengingat Allah). Berdzikirlah ketika berjalan, bekerja, atau ketika melakukan apa saja. Bacalah doa dalam berbagai kesempatan sebagaimana yang diajarkan di hadits, karena amalan ini akan menyebabkan tenangnya hati, memudahkan pekerjaan, dan memberikan keberkahan. Berdoalah kepada Allah sebanyak-banyaknya karena urusan apa saja dapat diselesaikan dengan doa, tetapi doa akan memperoleh kekuatan hanya dengan usaha dan jerih payah jasmani. Tanpa usaha dan jerih payah tersebut, doa akan lemah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits, dosa-dosa dapat menjadi hijab bagi terkabulnya doa. Oleh sebab itu, berusahalah untuk menjauhi dosa.
yang benar datangnya dari Allah ... hanya kepadaNYA kita memohon petunjuk ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar